Menakar Dan Tantangan Masalah Gizi Daerah Kepulauan (Refleksi Hari Gizi Nasional Tanggal 25 Januari 2019)

Mari torang bangun kesadaran gizi, dari torang pe diri dan keluarga menuju  keluarga sehat deng produktif. Gizi Seimbang Prestasi Gemilang.  
Provinsi Maluku Utara resmi disahkan pada tanggal 4 Oktober 1999. Provinsi yang memiliki 397 buah pulau besar dan kecil yang dikenal sebagai 1000 pulau,  Moluko Kie Raha atau Negeri Raja-Raja dengan luas wilayahnya mencapai 145.819,1 km2. 

Sebagian besar merupakan wilayah laut dengan luas 100.731,44 km2 (69,08%) dan darat 45.087,66 km2 (30,92%). Di usia yang ke 19 tahun, yang bertepatan dengan Hari Gizi Nasional ke 59 dengan tema” 
Tantangan Masalah Gizi
Fahmi Abdul Hamid, SKM., M.Si (Dosen Jurusan Gizi Politekes Ternate, Pengurus PERSAGI dan PERSAKMI Propinsi Maluku Utara)
Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi” dan sub tema ”Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif“ 

Maka patut kita semua renungkan sejenak, sudah sejauh manakah capaian pembangunan kesehatan khususnya gizi masyarakat kita saat ini ? 

Tentunya harapan kita adalah masyarakat Maluku Utara (anak balita, remaja, ibu hamil, lansia dan masyarakat umumnya) terbebas dari belenggu masalah gizi, memiliki derajat dan status kesehatan yang setinggi-tingginya. Saat ini kita masih diperhadapkan dengan masalah gizi yang tak kunjung usai. 

Data pemantauan satus gizi tahun 2017, menunjukan balita kita yang mengalami Underweight 17,5%, stunting 25%, Wasting 10,3% dan gemuk 2,1%, dengan karakterisitik masalah gizi bersifat akut dan kronis di masing-masing kabupaten/kota. 

Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 menunjukan anak-anak Maluku Utara yang mengalami Underweight sebesar 22,2%, stunting 31,4%, Wasting 11,9% dan gemuk 5,7%  usia 0-60 bulan terjadi kenaikan. Selain data status gizi, data cakupan ASI Eksklusif baru mencapai 25,8%, Ibu hamil yang resiko KEK sebesar 11,7%, Bumil yang medapatkan TTD >90 tablet baru mencapai 35,8%. 

Masalah gizi pada balita dan ibu hamil tersebut memiliki konstibusi terhadap angka kematian anak dan ibu yang masih tinggi serta dapat mengancam masa depan genenrasi Maluku Utara ke depan.

Selain ibu dan anak, masalah pola makan yang tidak sehat pada kelompok masyarakat dewasa yang memicu timbulnya penyakit degenaratif seperti penyakit hipertensi, jantung, diabetes mellitus, stroke dan sebagainya yang perevalensinya terus meningkat dan diderita masyarakat yang semuannya memiliki korelasi terhadap aspek gizi dan pola hidup sehat. 

Dalam percepatan penyelesaian masalah gizi masyarakat di Provinsi Maluku Utara yang tersebar di 10 Kabupaten/Kota dengan karaterisitik geografi daerah kepulauan menjadi sebuah tantangan tersendiri.

Mulai dari akses terhadap pelayanan kesehatan menjadi alasan baik masyarakat maupun petugas kesehatan itu sendiri, distribusi tenaga gizi tidak merata, pembiayaan gizi yang belum menjadi perhatian dan sistem perencanaan penanganan gizi yang belum maksimal. 

Dengan demikian maka, pemerintah diharuskan memiliki strategi perencanaan program kesehatan yang dapat mempertimbangkan karakteristik kepulauan sehingga kebutuhan pelayanan kesehatan dapat terpenuhi dan aspek kepulauan bukan menjadi masalah atau alasan.

Hasil dialok Nasional Kesehatan Daerah Kepulauan yang digagas oleh PERSAKMI Maluku Utara pada hari Minggu 13 Januari 2019 menjadi gagasan dalam konsep pembanguan kesehatan kepulauan yang harus ditindaklanjuti sehingga undang-undang daerah kepulauan yang nantinya disahkan oleh pemerintah, 

Provinsi Maluku Utara telah siap dan melaksanakan pelayanan kesehatan secara berkeadilan di seluruh wilayah. Dari gambaran tersebut maka pada edisi kali ini penulis menyajikan tema sebagai refleksi Hari Gizi Nasional ke 59 yaitu 

“Menakar dan Tantangan Masalah Gizi  Daerah Kepulauan”.

Pembaca yang budiman. Masalah gizi yang timbul merupakan ouput dari sebuah proses yang saling terkait yang disebabkan oleh banyak faktor, sehingga proses penanganan harus dilakukan secara lintas sektor dan menjadi tanggung jawab kita bersama.

1. Memaksimalkan Kerja Sama lintas Sektor
Penyelesaian masalah gizi harus dilakukan secara bersama-sama baik itu sesama profesi tenaga kesehatan dan non kesehatan. Sektor kesehatan hanya mampu memberikan konstirusi kurang lebih 30-40% terhadap pembanguna gizi sebab, akar permasalahan gizi berada diluar sektor kesehatan yaitu faktor sosial dan ekonomi masyarakat.

Jika ekonomi keluarga diperbaiki dapat memberikan konstribusi terhadap pembangunan gizi mencapai 60%. Kerja sama lintas sektor dapat berjalan secara maksimal maka masalah gizi kita dapat diselesaikan dimasing-masing daerah.

2. Pembiayaan sektor gizi 
Pembiayaan pembangunan sektor gizi didaerah saat ini belum menjadi perhatian dan prioritas karena, para pengambil kebijakan berangapan masalah gizi bukanlah sebuah ancaman yang serius. 

Kita sadar atau tidak masalah gizi dapat memberikan konstribusi negatif jangka pendek seperti tingkat kecerdasan, daya tahan tubuh dan kualitas fisik. Sedangkan dampak jangka panjang seperti timbulnya penyakit hipertensi, jantung, stroke, kanker dan sebagainya karena masalah gizi masa lalu. Pembangunan gizi memberikan konstribusi nyata dalam penilaian indeks pembanguan manusia. 

Saat ini Provinsi Maluku Utara dengan IPM baru mencapai 62,7 atau kategori sedang dengan angka harapan hidup 67,54 (BPS, 2017). Jika masalah gizi menjadi perhatian maka harapan hidup masyarakat Maluku Utara akan meningkat karena terhindar dari penyakait dan didukung oleh sektor kesehatan yang lain.   

3. Peningkatan SDM dan distirbusi tenaga gizi
Karakteristik Maluku Utara sebagai daerah kepulauan yang dibatasi oleh akses transportasi maka, pengembangan sumberdaya tenaga gizi terus dikembangkan agar tenaga gizi memiliki kehandalan dan berkompeten sesuai dengan kompetensi gizi yang mampu menyelesaiakan masalah gizi di masing-masing daerah. 

Distirbusi kebutuhan tenaga gizi juga menjadi perhatian agar, setiap daerah memiliki tenaga gizi yang tersebar sampai ke daerah pelosok dengan melakukan analisis kebutuhan tenaga. Gagasan program satu desa bukan hanya satu bidan dan satu perawat saja, tetapi satu desa harus memiliki profesi kesehatan yang lain seperti gizi, tenaga sanitaria dan lainnya karena, itu menjadi tuntutan dari paradikma kesehatan yang kita anut saat ini yaitu pradikma sehat. 

Paradikma lebih menekankan pada tindakan preventif dan promotif. Paradikma tersebut tidak berjalan secara masimal yang berimbas pada pembiayaan kesehatan yang lebih besar. Kenyataan tersebut saat ini terjadi pada anggaran BPJS yang mengalami devisit.      

4. Peran Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi memegang peran strategi dalam penyelesain masalah gizi di Provinsi Maluku Utara melalui kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang diarahkan kepada sektor kesehatan dan non kesehatan. 

Ouput dari kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan pemberdayaan masyarakat dalam sektor sosial, ekonomi dan kesehatan itu sendiri. 

5. Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Saat ini pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan masih sangat kurang dan belum optimal. Pola lama yang sering menjadi sasaran dalam pemberdayaan masyarakat hanya ibu rumah tangga sebagai kader posyandu, kader malarian dan sebagainya. 

Sedangkan pemberdaya masyarakat bidang kesehatan pada kelompok muda-mudi hampir tidak tersentuh, dengan konsep kesehatan kepulauan potensi kelompok tersebut perlu ditarik dan  diperdayakan karena memiliki semangat dan komitmen yang masih tinggi. 

Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui organisasi-organisasi yang ada di setiap wilayah seperti karang taruna, organisasi kepemudaan dan sebagainya.    

6. Regulasi 
Dalam percepatan dan penyelesaian masalah gizi di provinsi Maluku Utara, kita saat ini mebutuhkan beberapa terobasan peraturan daerah yang menjadi payung hukum untuk mendorong program penyelesaian masalah gizi. 

Saat ini pemerintah telah mengeluarkan PP tentang ASI eksklusif, namun masih memiliki kelemahan-kelemahan maka dibutuhkan PERDA ASI eksklusif sehingga dapat mendorong pemberian ASI Eksklusif.

Penanaman pengetahua kesehatan sejak dini melalui pendidikan kesehatan dan gizi yang dimasukan dalam kurikulum pendidikan mata ajaran muatan lokal di sekolah-sekolah mulai dari TK, SD, SMP dan SMA. Upayah tersebut dapat mendorong keberhasilan pembangunan kesehatan dan gizi Maluku Utara kedepan yang lebih baik.

Pembaca yang budiman sebelum penulis mengakhir penulisan ini, gagasan-gagasan yang disampaikan saat ini menjadi bahan diskusi kita bersama dalam memberikan konstribusi pembangunan kesehatan Maluku Utara kedepan yang lebih baik. 

Mari torang bangun kesadaran gizi, dari torang pe diri dan keluarga menuju keluarga sehat deng produktif. Gizi Seimbang Prestasi Gemilang.***

0 Response to "Menakar Dan Tantangan Masalah Gizi Daerah Kepulauan (Refleksi Hari Gizi Nasional Tanggal 25 Januari 2019)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

loading...

Iklan Tengah Artikel 2

loading...

Iklan Bawah Artikel

loading...