Metode Sampling Dan Pemilihan Sampel Rapid Survey


Metode Sampling
Secara ideal survai harus mencakup semua orang yang termasuk dalam populasi. Jika semua orang yang masuk dalam populasi dapat diwawancarai,maka kita dapat mengukur cakupan program kesehatan secara akurat. Tetapi melakukan wawancara terhadap semua orang yang termasuk ke dalam populasi memerlukan waktu,biaya, dan sumberdaya. Jadi kita perlu mengambil contoh beberapa orang saja yang dapat mewakili semua orang yang ada di populasi. Contoh beberapa orang saja yang kita ambil inilah yang dinamakan sampel. Orang yang kita ambil harus mewakili populasi. Agar kesadaran ini dapat tercapai, maka setiap orang yang ada di dalam populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel.

Hasil yang kita diperoleh dari sampel tidak akan persis sama dengan apa yang ada di dalam populasi. Perbedaan antara apa yang diperoleh dari sampel dengan yang sebenarnya pada populasi disebut sampling error.Kesalahan ini selalu terjadi pada survai yang tidak mengikut sertakan seluruh populasi. Namun kesalahan ini dapat diperkecil dengan cara: memilih sampel secara tidak bias, dan memilih sampel yang cukup besar.

Jika sampel tidak mewakili populasi, kita dapat memperoleh hasil yang bias, yaitu estimasi atau cakupan yang dihasilkan berbeda dari nilai cakupan yang ada di populasi. Sebagai contoh, jika kita hanya mewawancarai ibu yang datang ke posyandu untuk mengetahui cakupan imunisasi campak, maka cakupan yang dihasilkan cenderung lebih tinggi dari cakupan yang ada dalam populasi.

Sampel berdasarkan probabilitas memungkinkan setiap orang yang ada dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Agar kita dapat memilih sampel secara probabilitas, maka diperlukan kerangka sampel (sampling frame).

Baca Juga: 10 Alasan Untuk Kamu Berhenti Merokok Dari Sekarang

Sebagai kerangka sampel pada survai cepat ini menggunakan unit sampling berupa desa atau kecamatan sebagai dasar pengambilan cluster. Masing-masing unit sampling yaitu desa atau kecamatan, data yang dibutuhkan adalah jumlah penduduk atau jumlah Kepala Keluarga (KK) (bukan daftar nama penduduk atau KK) pada tiap desa atau kecamatan. Cara pengambilan sampel yang dilakukan menurut WHO adalah cara sampel klaster 2 tahap. Pada tahap pertama dipilih sejumlah klaster, dan pada tahap kedua barulah dipilih subyek survai. 

Pada survai cepat ini, pada tahap pertama memilih klaster yang diambil secara random sebagai sampel adalah 30 klaster, dan selanjutnya pada tahap ke dua, masing-masing klaster diambil subyek survai bisa berupa perorangan atau KK sebanyak 7 s.d 10 responden. Secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 x 7 s.d 10 responden, (30 klaster / desa. 7 s.d 10 orang tiap klaster / desa) sudah mencukupi untuk estimasi proporsi kejadian berkisar 15%- 85%, sehingga total sampel yang terkumpul adalah 30 x 7 s.d 10 = 210 s.d 300.

Agar pemilihan sampel dapat secara adil, besar sampel pada tiap klaster harus sebanding dengan besar relatif klaster tersebut, artinya tiap klaster / desa yang terpilih jumlah subyek juga berbeda. Hal ini tidak praktis dan perlu modifikasi agar tiap klaster jumlah subyek yang terpilih bisa sama. Caranya pemilihan klaster pada tahap pertama menggunakan cara probabilitas proporsional dengan besar klaster (probability Proportionate to size/ PPS), yaitu pada desa dengan jumlah penduduk lebih besar maka kemungkinan untuk menjadi klaster yang terjadi juga lebih banyak, misalnya desa dengan penduduk kecil kemungkinan hanya terjadi 1 klaster, sedangkan penduduk yang jumlah banyak bisa menjadi beberapa klaster sesuai dengan proporsi besar klaster. 

Pemilihan Sampel di Tingkat Cluster
Setelah klaster terpilih secara acak (cara pengambilan sampel bisa dilakukan dengan bantuan komputer Csurvey), maka tahap selanjutnya adalah memilih 7 s.d 10 responden pada tiap klaster. Secara ideal pemilihan sampel di tingkat klaster adalah menggunakan metode acak sederhana, ini artinya harus mempunyai kerangka sampel pada tiap klaster, kemudian dipilih 7 s.d 10 responden secara acak sederhana tiap klaster. Tetapi cara ini tidak praktis karena untuk membuat kerangka tersebut bukan hal yang mudah. 


Cara yang telah diuji cobakan dan sering dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut:
  1. Di klaster yang terpilih, pengumpul data mendatangi pusat klaster (biasanya pusat klaster atau pusat desa adalah balai desa, alun-alun, ataupun pusat kegiatan lainnya).
  2. Di tengah klaster tersebut, pewawancara berjalan dengan memilih arah (yang dipilih secara acak bisa dipilih salah satu, ke kiri, ke kanan, ke depan atau ke belakang, cara paling mudah adalah dengan lempar koin untuk memilih arah jalan secara acak). Kemudian pewawancara berjalan sesuai arah sampai batas klaster.
  3. Sambil berjalan, pewawancara menggambar peta mengenai rumah-rumah yang ada di kiri dan kanan jalan yang dilewati, apabila pada saat pemetaan, pewawancara melewati persimpangan jalan sebelum mencapai batas klaster, pewawancara dapat menggunakan koin lagi untuk menentukan arah, sehingga apabila telah selesai dibuat pemetaan hasilnya misalnya sebagai berikut 
  4. Setelah selesai melakukan pemetaan, maka rumah-rumah tersebut diberi nomor, kemudian secara acak pewawancara mendatangi rumah pertama untuk dilakukan wawancara. Pengambilan sampel secara acak ini bisa dengan cara diundi atau menggunakan tabel bilangan acak (pada komputer ada fasilitas tabel bilangan acak).
  5. Bila rumah pertama yang dipilih secara acak memenuhi syarat sebagai sampel, artinya dalam rumah tersebut terdapat responden yang sesuai dengan kriteria sampel, maka wawancara dapat dilakukan, apabila tidak memenuhi syarat maka pindah ke rumah berikutnya. 
  6. Rumah berikutnya yang didatangi adalah rumah terdekat dari rumah sebelumnya, akan tetapi lebih baik bila rumah berikutnya tersebut juga diambil secara acak. Ada banyak cara untuk menentukan rumah berikutnya tersebut, misalnya mencari rumah berikutnya diambil rumah pertama terdekat, cara lain adalah mendatangi rumah berikut dengan jarak 3 rumah atau jarak 5 rumah yang terdekat dari rumah yang telah didatangi, cara lain misalnya hasil pemetaan dibagi menjadi 4 titik bagian dan masing-masing titik bagian diambil 2 responden. 
  7. Pada satu klaster, pencarian responden akan berakhir apabila sudah menemukan paling sedikit 7 responden (Sebaiknya tiap klaster, jumlah responden dibuat sama yaitu minimal 7 responden dan maksirnal 10 responden).***

0 Response to "Metode Sampling Dan Pemilihan Sampel Rapid Survey"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

loading...

Iklan Tengah Artikel 2

loading...

Iklan Bawah Artikel

loading...