Distruption Covid19 Saat Dunia Berubah Karena Lawan Tak Terlihat
Mengawali tulisan ini kami ingin menyampaikan diskusi dengan salah satu Mahasiswa Sarman Ammar saat mata kuliah yang kami ajarkan di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara yakni Manajemen Logistik Kesehatan, “Saya ijin bertanya Pak, Belajar menajemen singkatnya berarti kita belajar bagaimana mengatur sesuatu sedemikian rupa agar sesuai keinginan kita, agar mudah pula tercapai tujuan yang telah di tentukan, bahkan kita pun harus menyiapkan persediaan Terhadap kemungkinan-kemungkinan tak terduga yang tak di inginkan yang mungkin akan terjadi pada saat pelaksanaan, baik bahan maupun menyiapkan anggaran tambahan dan lain sebagainya.
Nah! Kalau di hubungkan dengan keadaan sekarang tentang masalah covid-19 ini, kita melihat bahwa negara juga terlihat kebingungan menangani hal ini, apakah negara memang tak memiliki persiapan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga seperti sekarang ini? atau seperti apa Pak?”. Sarman Ammar, pertanyaan yang sangat bagus, Covid19 adalah Pandemic, sebuah Wabah yang tidak terduga, bukan Hanya Indonesia,.
Hampir semua Negara terlihat tidak siap menghadapi Pandemic Covid19, Cina butuh 4 Bulan untuk menangani, USA Negara Adikuasa Saja kelimpungan menghadapi Covid19, jangankan APD dan Masker, Kantong Mayat Saja harus di pesan ulang dalam jumlah yang sangat banyak. Italia Presidennya secara terbuka menyampaikan bahwa mereka telah kalah menghadapi Covid19.
Kembali ke Laptop, terkait Manajemen logistik, Kita mengenal cadangan 10-15% Obat Dan barang habis pakai, jika obat tersisa 15 % maka kita wajib melakukan pemesanan baru, karena 10-15% dianggap habis, hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi Wabah/KLB: Kejadian Luar biasa, untuk pengganggaran biasanya Dalam APBN/APBD Ada namanya Biaya Tak terduga atau Nama lain sejenis, maksudnya jika terjadi keadaan Darurat maka bisa di gunakan.
Media masa cetak maupun elektronik menampilkan banyak pemberitaan tentang ketidak siapan Negara-negara di dunia, di Indonesia sendiri terjadi kepanikan, sejak di temukan kasus pertama Tanggal 2 Maret 2020, satu bulan setelahnya menembus angka 2000, terjadi perdebatan sana-sini terkait langkah pemerintah,.
Belum lagi masing-masing kepala daerah membuat keputusan yang jelas bersebrangan dengan keputusan pemerintah pusat, Pemerintah Papua langsung membuat keputusan lockdown, beberapa Kepala Daerah Kabupaten/Kota menyampaikan secara terbuka menentang Pemerintah Pusat, bahkan siap masuk penjara.
Sepertinya Gubernur DKI Jakarta juga dengan halus melakukannya. Kekacauan-kekacaun ini tentunya berdampak pada sektor ekonomi, rupiah semakin melemah, pertumbuhan ekonomi melambat, BUMD melakukan perampingan anak dan cucu perusahan, sektor swasta merumahkan karyawan.
Di Dunia saat ini dampak langsung dari Covid19 adalah pengurangan kegiatan aktivitas bisnis masyarakat, Pemerintah China untuk menghindari penyebaran virus yang lebih meluas melibur para karyawan, tentunya keputusan ini menyebabkan transaksi ekonomi tidak berjalan dengan maksimal.
Selain itu, sampai saat ini banyak pabrik, toko-toko, kafe, restoran, dan pusat-pusat perdagangan yang belum penuh beroperasi atau masih banyak yang tutup karena tidak ada pekerja. Sepinya pekerja menyebabkan jaringan rantai-produksi (supply-chain) juga terganggu. Melambatnya roda perekonomian China juga dapat menimbulkan depresi ekonomi Dunia, hal ini disebabkan partisipasi ekonomi China di dunia yang sudah mencapai 20% PDB dunia.
Di Indonesia Sendiri dampak Ekonomi dari Covid19 terlihat dari; Penurunan sektor Pariwisata; Keluarnya modal asing, dalam sepekan terakhir ada dana asing keluar Rp329 miliar dari pasar modal Indonesia; Perdagangan Indonesia-China terganggu, Kerja sama dagang Indonesia dan China sejauh ini berjalan dengan baik di mana China merupakan salah satu pasar bagi produk eskpor nasional.
Sebaliknya, barang impor asal China juga banyak masuk ke dalam negeri; Penjualan energi akan menurun, Indonesia juga melakukan ekspor energi ke China sehingga jika wabah ini berkepanjangan, maka berpotensi mengganggu industri energi dalam negeri. "Misalnya pada penjualan avtur, dalam hal ini Pertamina juga berpotensi terganggu, karena mereka saling bekerja sama; Penurunan omzet perhotelan.
Terganggunya industri pariwisata seiring dengan penyebaran virus ini ke beberapa negara di Asia Tenggara dipastikan membuat penurunan omzet perhotelan. "Efek negatifnya berbahaya bagi penurunan omzet sektor perhotelan, restoran dan suvenir serta transportasi; Terganggunya industri penerbangan, Beberapa maskapai lokal telah membatalkan penerbangan ke Wuhan dan bisa meluas beberapa daerah di China lainnya. Penuruna devisa, Akibat dampak-dampak sebelumnya, pada akhirnya wabah corona ini berpotensi membuat devisa menurun. "Devisa juga kena imbas karena kan devisa kita banyak dari sektor Pariwisata.
Maka dari itu pemerintah harus segera mengambil langkah antisipasi agar tidak mengganggu ekonomi Indonesia, Pemerintah melakukan mitigasi risiko penurunan kinerja pertumbuhan perekonomian domestik akibat perlambatan ekonomi dan perdagangan global. Penurunan harga komoditas, dan penurunan volume penerbangan serta pariwisata melalui stimulus pada perekonomian guna menjaga momentum pertumbuhan.
Kebijakan fiskal APBN melalui langkah stabilisasi fiskal. Kementerian Keuangan memberikan respons countercyclical melalui kebijakan fiskal dari sisi pengeluaran yaitu percepatan belanja (dana desa, bansos). Menjaga konsumsi rumah tangga miskin melalui berbagai program yang dapat dilakukan segera, lebih tepat sasaran, coverage besar, dan berdampak langsung dapat menjadi solusi efektif.
Karena, marginal prospensity to consume (MPC) rumah tangga miskin tinggi, misal program kartu sembako, kartu prakerja. Untuk pemerintah Daerah di harapkan, melindungi Masyarakat Miskin dan Sangat Miskin dengan Bantuan langsung, usaha Mikro harus mendapat perlindungan dengan memberikan modal usaha, memberikan kemudahan dan keringanan pajak daerah.
Sudah saatnya Indonesia menghitung kembali berapa peluang produk dalam negeri yg menjadi bahan baku atau bahan jadi sebagai Obat dan alat kesehatan, Saat ini beberapa Universitas besar seperti UI, UGM Airlanga dan beberapa peneliti menyiapkan Formula Obat untuk Covid19, dan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman di Indonesia saat ini tengah mengupayakan pengembangan vaksin untuk COVID-19, minimal bisa digunakan dalam negeri supaya kita tidak terlalu tergantung dengan impor Obat dan Alat kesehatan, lebih mengembirakan jika kita mampu diekspor. Saat ini kita sedang bakar uang untuk menghadapi Covid19.***
Nah! Kalau di hubungkan dengan keadaan sekarang tentang masalah covid-19 ini, kita melihat bahwa negara juga terlihat kebingungan menangani hal ini, apakah negara memang tak memiliki persiapan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga seperti sekarang ini? atau seperti apa Pak?”. Sarman Ammar, pertanyaan yang sangat bagus, Covid19 adalah Pandemic, sebuah Wabah yang tidak terduga, bukan Hanya Indonesia,.

Dr. Marwan Polisiri, SKM., MPH (Ketua Pengda Persakmi Maluku Utara)
Kembali ke Laptop, terkait Manajemen logistik, Kita mengenal cadangan 10-15% Obat Dan barang habis pakai, jika obat tersisa 15 % maka kita wajib melakukan pemesanan baru, karena 10-15% dianggap habis, hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi Wabah/KLB: Kejadian Luar biasa, untuk pengganggaran biasanya Dalam APBN/APBD Ada namanya Biaya Tak terduga atau Nama lain sejenis, maksudnya jika terjadi keadaan Darurat maka bisa di gunakan.
Media masa cetak maupun elektronik menampilkan banyak pemberitaan tentang ketidak siapan Negara-negara di dunia, di Indonesia sendiri terjadi kepanikan, sejak di temukan kasus pertama Tanggal 2 Maret 2020, satu bulan setelahnya menembus angka 2000, terjadi perdebatan sana-sini terkait langkah pemerintah,.
Belum lagi masing-masing kepala daerah membuat keputusan yang jelas bersebrangan dengan keputusan pemerintah pusat, Pemerintah Papua langsung membuat keputusan lockdown, beberapa Kepala Daerah Kabupaten/Kota menyampaikan secara terbuka menentang Pemerintah Pusat, bahkan siap masuk penjara.
Sepertinya Gubernur DKI Jakarta juga dengan halus melakukannya. Kekacauan-kekacaun ini tentunya berdampak pada sektor ekonomi, rupiah semakin melemah, pertumbuhan ekonomi melambat, BUMD melakukan perampingan anak dan cucu perusahan, sektor swasta merumahkan karyawan.
Di Dunia saat ini dampak langsung dari Covid19 adalah pengurangan kegiatan aktivitas bisnis masyarakat, Pemerintah China untuk menghindari penyebaran virus yang lebih meluas melibur para karyawan, tentunya keputusan ini menyebabkan transaksi ekonomi tidak berjalan dengan maksimal.
Selain itu, sampai saat ini banyak pabrik, toko-toko, kafe, restoran, dan pusat-pusat perdagangan yang belum penuh beroperasi atau masih banyak yang tutup karena tidak ada pekerja. Sepinya pekerja menyebabkan jaringan rantai-produksi (supply-chain) juga terganggu. Melambatnya roda perekonomian China juga dapat menimbulkan depresi ekonomi Dunia, hal ini disebabkan partisipasi ekonomi China di dunia yang sudah mencapai 20% PDB dunia.
Di Indonesia Sendiri dampak Ekonomi dari Covid19 terlihat dari; Penurunan sektor Pariwisata; Keluarnya modal asing, dalam sepekan terakhir ada dana asing keluar Rp329 miliar dari pasar modal Indonesia; Perdagangan Indonesia-China terganggu, Kerja sama dagang Indonesia dan China sejauh ini berjalan dengan baik di mana China merupakan salah satu pasar bagi produk eskpor nasional.
Sebaliknya, barang impor asal China juga banyak masuk ke dalam negeri; Penjualan energi akan menurun, Indonesia juga melakukan ekspor energi ke China sehingga jika wabah ini berkepanjangan, maka berpotensi mengganggu industri energi dalam negeri. "Misalnya pada penjualan avtur, dalam hal ini Pertamina juga berpotensi terganggu, karena mereka saling bekerja sama; Penurunan omzet perhotelan.
Terganggunya industri pariwisata seiring dengan penyebaran virus ini ke beberapa negara di Asia Tenggara dipastikan membuat penurunan omzet perhotelan. "Efek negatifnya berbahaya bagi penurunan omzet sektor perhotelan, restoran dan suvenir serta transportasi; Terganggunya industri penerbangan, Beberapa maskapai lokal telah membatalkan penerbangan ke Wuhan dan bisa meluas beberapa daerah di China lainnya. Penuruna devisa, Akibat dampak-dampak sebelumnya, pada akhirnya wabah corona ini berpotensi membuat devisa menurun. "Devisa juga kena imbas karena kan devisa kita banyak dari sektor Pariwisata.
Maka dari itu pemerintah harus segera mengambil langkah antisipasi agar tidak mengganggu ekonomi Indonesia, Pemerintah melakukan mitigasi risiko penurunan kinerja pertumbuhan perekonomian domestik akibat perlambatan ekonomi dan perdagangan global. Penurunan harga komoditas, dan penurunan volume penerbangan serta pariwisata melalui stimulus pada perekonomian guna menjaga momentum pertumbuhan.
Kebijakan fiskal APBN melalui langkah stabilisasi fiskal. Kementerian Keuangan memberikan respons countercyclical melalui kebijakan fiskal dari sisi pengeluaran yaitu percepatan belanja (dana desa, bansos). Menjaga konsumsi rumah tangga miskin melalui berbagai program yang dapat dilakukan segera, lebih tepat sasaran, coverage besar, dan berdampak langsung dapat menjadi solusi efektif.
Karena, marginal prospensity to consume (MPC) rumah tangga miskin tinggi, misal program kartu sembako, kartu prakerja. Untuk pemerintah Daerah di harapkan, melindungi Masyarakat Miskin dan Sangat Miskin dengan Bantuan langsung, usaha Mikro harus mendapat perlindungan dengan memberikan modal usaha, memberikan kemudahan dan keringanan pajak daerah.
Sudah saatnya Indonesia menghitung kembali berapa peluang produk dalam negeri yg menjadi bahan baku atau bahan jadi sebagai Obat dan alat kesehatan, Saat ini beberapa Universitas besar seperti UI, UGM Airlanga dan beberapa peneliti menyiapkan Formula Obat untuk Covid19, dan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman di Indonesia saat ini tengah mengupayakan pengembangan vaksin untuk COVID-19, minimal bisa digunakan dalam negeri supaya kita tidak terlalu tergantung dengan impor Obat dan Alat kesehatan, lebih mengembirakan jika kita mampu diekspor. Saat ini kita sedang bakar uang untuk menghadapi Covid19.***
0 Response to "Distruption Covid19 Saat Dunia Berubah Karena Lawan Tak Terlihat"
Post a Comment