Jiwa-Jiwa Merdeka Sebuah Catatan Kuliah
Keperawatan Jiwa Mahasiswa RPL II Poltekes Ternate Tahun 2020
Tentunya kita tidak membahas soal dosa dan amal, tapi kali ini kita membahas tentang Keperawatan Jiwa. Perkembangan keperawatan jiwa dimulai sejak jaman peradaban. Pada masa ini suku bangsa Yunani dan Arab percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan karena tidak berfungsinya organ otak.
Pengobatan pada masa ini telah mengabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti: memberikan ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan kebersihan badan yang baik, mendengarkan musik dan melakukan aktivitas rekreasi.
Perkembangan keperawatan jiwa pada abad 21 lebih menekankan pada upaya preventif melalui pengembangan pusat kesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di rumah sakit dan pelayanan day care serta mengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan pada kelompok berisiko tinggi dan pengembangan sistem management patient care dengan pendekatan multidisipliner.
Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, kita harus memiliki jiwa yang sehat. Individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit), tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stres yang timbul.
Kondisi ini akan memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan. Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus memandang manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual sehingga pemilihan model keperawatan dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan paradigma keperawatan jiwa.
Manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual mengandung pengertian bahwa manusia merupakan makhluk yang utuh dimana didalamnya terdapat unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Sebagai makluk biologi, manusia tersusun dari berjuta-juta sel-sel hidup yang akan membentuk satu jaringan, selanjutnya jaringan akan bersatu dan membentuk organ serta sistem organ.
Sebagai makhluk psikologi,setiap manusia memiliki kepribadian yang unik serta memiliki struktur kepribadianyang terdiri dari id, ego, dan super ego dilengkapi dengan daya pikir dan keceredasan, agar menjadi pribadi yang selalu berkembang. Setiap manusia juga memiliki kebutuhan psikologis seperti terhindar dari ketegangan psikologis, kebutuhan akan kemesraan dan cinta, kepuasan alturistik (kepuasan untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan), kehormatan serta kepuasan ego.
Sedangkan sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu ingin hidup dengan orang lain dan membutuhkan orang lain. Selain itu manusia juga harus menjalin kerja sama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup.
Manusia juga dituntut untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang berlaku dilingkungan sosialnya. Sebagai makhluk spiritual manusia mempunyai keyakinan dan mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pandangan hidup, doronngan hidup yang sejalan, dengan sifat religius yang dianutnya.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia. Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan.
Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Berbicara tentang keperawatan jiwa tentunya sangat luas, dimana keperawatan jiwa terdiri dari : Perkembangan Keperawatan Jiwa: Perkembangan Keperawatan Jiwa Di Dunia Dan Di Indonesia, Konsep Dasar keperawatan Jiwa; Terapi Dalam Keperawatan Jiwa: Terapi Modalitas Dalam Keperawatan Jiwa, Konsep Psikofarmaka, Peran Perawat Dalam Pemberian Psikofarmaka; Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Psikososial:
Penyalahgunaan Zat Dan Ansietas: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyalahgunaan Zat, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ansietas; Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Psikososial: Gangguan Citra Tubuh Dan Kehilangan: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Citra Tubuh,
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehilangan; Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa: Harga Diri Rendah Dan Isolasi Sosial: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Harga Diri Rendah, Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial; Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa: Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi, Perilaku Kekerasan, Dan Defisit Perawatan Diri: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perilaku Kekerasan, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri.
Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentamg hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Keperawatan memandang manusia sebagai mahluk holistic, sehingga pendekatan pemberian asuhan keperawatan, dilakukan melalui pendekatan humanistik, dalam arti perawat sangat menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan bersifat universal dalam arti dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status sosial ekonomi.
Keperawatan jiwa memandang manusia sebagai mahluk kholistik, yaitu mahluk biopsikososialspiritual, Model konseptual memberikan keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menjawab fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah dan Tujuan dari model konseptual keperawatan :
a. Menjaga konsistensi pemberian asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
Terapi dalam Keperawatan Jiwa
Jenis terapi modalitas yang dikembangkan pada keperawatan jiwa yaitu:
1. Terapi individu, terapi aktifitas kelompok, terapi keluarga, terapi kognitif, terapi biologis dan terapi kelompok serta terapi bermain.
2. Peran perawat sangatlah penting didalam terapi modalitas karena perawat merupakan terapis yang akan merubah perilaku maladaftif pasien menjadi adaptif serta meningkatkan potensi yang dimiliki pasien.
3. Tahapan terapi aktifitas kelompok terdiri dari 4 fase yaitu: Fase Prakelompok yang dimulai dengan membuat tujuan terapi, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan serta media yang digunakan.
Selanjutnya adalah fase awal kelompok ditandai dengan timbulnya ansietas karena masuknya anggota kelompok, dan peran baru. fase ini terbagi atas tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Selanjutnya fase kerja kelompok dan terakhir fase terminasi ditAndai dengan adanya perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir.
Peran Perawat Dalam Pemberian Psikofarmaka
Perawat memiliki peranan yang penting dalam program terapi psikofarmaka, untuk itu perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien. Hasil identifikasi masalah kesehatan jiwa yang dialami oleh klien terkait dengan program pemberian obat psikofarmaka dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Psikosis, gangguan depresi, gangguan mania, gangguan ansietas, gangguan insomnia, gangguan obasesif kompulsif dan gangguan panic
2. Cara penggunaan obat psikofarmaka. Perawat harus memahami prinsip-prinsip dalam pemberian obat psikofarmaka yang meliputi jenis, manfaat, dosis, cara kerja obat dalam tubuh, efek samping, cara pemberian, kontra indikasi.
3. Peran perawat dalam pemberian obat psikofarmaka. Peran perawat dalam pemberian obat psikofarmaka meliputi pengkajian klien, koordinasi terapi modalitas, pemberian piranti psikofarmakologik, pemantauan efek obat, pendidikan klien, program rumatan obat, dan peran serta dalam penelitian klinik interdisiplin terhdap uji coba obat.
4. Evaluasi pemberian obat psikofarmaka. Evaluasi pemberian obat psikofarmaka ditujukan pada kewaspadaan perawat terhadap penggunaan obat psikofarmaka. Perawat harus menyadari bahwa beberapa masalah mungkin timbul berkaitan dengan penggunaan obat psikofarmaka.
The greatest weapon against stress is our ability to choose one thought over another." -William James, Bapak Psikologi Amerika.Dari “Merawat Surga” ke “Merawat Malaikat” menuju “Jiwa-jiwa yang merdeka”, seringkali orang menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan kejiwaan adalah mereka-mereka yang terbebas dari segala urusan dunia, Orang yang mengalami gangguan kejiwaan adalah orang-orang yang tidak akan di hisab, mereka terbebas dari beban Dosa.
Tentunya kita tidak membahas soal dosa dan amal, tapi kali ini kita membahas tentang Keperawatan Jiwa. Perkembangan keperawatan jiwa dimulai sejak jaman peradaban. Pada masa ini suku bangsa Yunani dan Arab percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan karena tidak berfungsinya organ otak.
Pengobatan pada masa ini telah mengabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti: memberikan ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan kebersihan badan yang baik, mendengarkan musik dan melakukan aktivitas rekreasi.

Marwan Polisiri
Perkembangan keperawatan jiwa pada abad 21 lebih menekankan pada upaya preventif melalui pengembangan pusat kesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di rumah sakit dan pelayanan day care serta mengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan pada kelompok berisiko tinggi dan pengembangan sistem management patient care dengan pendekatan multidisipliner.
Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, kita harus memiliki jiwa yang sehat. Individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit), tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stres yang timbul.
Kondisi ini akan memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan. Dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus memandang manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual sehingga pemilihan model keperawatan dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan paradigma keperawatan jiwa.
Manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual mengandung pengertian bahwa manusia merupakan makhluk yang utuh dimana didalamnya terdapat unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Sebagai makluk biologi, manusia tersusun dari berjuta-juta sel-sel hidup yang akan membentuk satu jaringan, selanjutnya jaringan akan bersatu dan membentuk organ serta sistem organ.
Sebagai makhluk psikologi,setiap manusia memiliki kepribadian yang unik serta memiliki struktur kepribadianyang terdiri dari id, ego, dan super ego dilengkapi dengan daya pikir dan keceredasan, agar menjadi pribadi yang selalu berkembang. Setiap manusia juga memiliki kebutuhan psikologis seperti terhindar dari ketegangan psikologis, kebutuhan akan kemesraan dan cinta, kepuasan alturistik (kepuasan untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan), kehormatan serta kepuasan ego.
Sedangkan sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu ingin hidup dengan orang lain dan membutuhkan orang lain. Selain itu manusia juga harus menjalin kerja sama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup.
Manusia juga dituntut untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang berlaku dilingkungan sosialnya. Sebagai makhluk spiritual manusia mempunyai keyakinan dan mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pandangan hidup, doronngan hidup yang sejalan, dengan sifat religius yang dianutnya.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia. Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan.
Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Berbicara tentang keperawatan jiwa tentunya sangat luas, dimana keperawatan jiwa terdiri dari : Perkembangan Keperawatan Jiwa: Perkembangan Keperawatan Jiwa Di Dunia Dan Di Indonesia, Konsep Dasar keperawatan Jiwa; Terapi Dalam Keperawatan Jiwa: Terapi Modalitas Dalam Keperawatan Jiwa, Konsep Psikofarmaka, Peran Perawat Dalam Pemberian Psikofarmaka; Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Psikososial:
Penyalahgunaan Zat Dan Ansietas: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyalahgunaan Zat, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ansietas; Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Psikososial: Gangguan Citra Tubuh Dan Kehilangan: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Citra Tubuh,
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehilangan; Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa: Harga Diri Rendah Dan Isolasi Sosial: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Harga Diri Rendah, Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial; Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa: Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi, Perilaku Kekerasan, Dan Defisit Perawatan Diri: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perilaku Kekerasan, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri.
Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentamg hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Keperawatan memandang manusia sebagai mahluk holistic, sehingga pendekatan pemberian asuhan keperawatan, dilakukan melalui pendekatan humanistik, dalam arti perawat sangat menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan bersifat universal dalam arti dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status sosial ekonomi.
Stress is caused by being "here" but wanting to be "there" (Eckhart Tolle)Dasar Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa memandang manusia sebagai mahluk kholistik, yaitu mahluk biopsikososialspiritual, Model konseptual memberikan keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menjawab fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah dan Tujuan dari model konseptual keperawatan :
a. Menjaga konsistensi pemberian asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
Terapi dalam Keperawatan Jiwa
Jenis terapi modalitas yang dikembangkan pada keperawatan jiwa yaitu:
1. Terapi individu, terapi aktifitas kelompok, terapi keluarga, terapi kognitif, terapi biologis dan terapi kelompok serta terapi bermain.
2. Peran perawat sangatlah penting didalam terapi modalitas karena perawat merupakan terapis yang akan merubah perilaku maladaftif pasien menjadi adaptif serta meningkatkan potensi yang dimiliki pasien.
3. Tahapan terapi aktifitas kelompok terdiri dari 4 fase yaitu: Fase Prakelompok yang dimulai dengan membuat tujuan terapi, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan serta media yang digunakan.
Selanjutnya adalah fase awal kelompok ditandai dengan timbulnya ansietas karena masuknya anggota kelompok, dan peran baru. fase ini terbagi atas tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Selanjutnya fase kerja kelompok dan terakhir fase terminasi ditAndai dengan adanya perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir.
Peran Perawat Dalam Pemberian Psikofarmaka
Perawat memiliki peranan yang penting dalam program terapi psikofarmaka, untuk itu perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien. Hasil identifikasi masalah kesehatan jiwa yang dialami oleh klien terkait dengan program pemberian obat psikofarmaka dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Psikosis, gangguan depresi, gangguan mania, gangguan ansietas, gangguan insomnia, gangguan obasesif kompulsif dan gangguan panic
2. Cara penggunaan obat psikofarmaka. Perawat harus memahami prinsip-prinsip dalam pemberian obat psikofarmaka yang meliputi jenis, manfaat, dosis, cara kerja obat dalam tubuh, efek samping, cara pemberian, kontra indikasi.
3. Peran perawat dalam pemberian obat psikofarmaka. Peran perawat dalam pemberian obat psikofarmaka meliputi pengkajian klien, koordinasi terapi modalitas, pemberian piranti psikofarmakologik, pemantauan efek obat, pendidikan klien, program rumatan obat, dan peran serta dalam penelitian klinik interdisiplin terhdap uji coba obat.
4. Evaluasi pemberian obat psikofarmaka. Evaluasi pemberian obat psikofarmaka ditujukan pada kewaspadaan perawat terhadap penggunaan obat psikofarmaka. Perawat harus menyadari bahwa beberapa masalah mungkin timbul berkaitan dengan penggunaan obat psikofarmaka.
Manusia adalah mahluk biopsikososiospiritual.***
0 Response to "Jiwa-Jiwa Merdeka Sebuah Catatan Kuliah"
Post a Comment