Kehilangan

Catatan Kuliah Keperawatan Jiwa  Mahasiswa RPL II Poltekes Ternate Tahun 2020
"Posi-posi ma jaga tonggo baikole ma nyinga susah"
Kami memulai tulisan ini dengan mengutip pesan-pesan leluhur Tidore “Posi-posi ma jaga tonggo baikole ma nyinga susah”, yang berarti Cabang pohon Mangrove patah, burung Kipasan bersedih hati, secara pemaknaan berbicara tentang kehilangan dan berduka atau kesedihan hati. 

Kali ini kita akan membahas tentang Keperawatan Jiwa, dengan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehilangan. 

Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan sejak dalam individu sudah mengalami dan cenderung mengalami kembali walaupun dalam bentuk berbeda. 
Ilustrasi
Gejala yang timbul pada pasien dengan kehilangan antara lain: adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil, depresi, menyangkal yang berkepanjangan, reaksi emosional yang lambat, tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal. 

Tanda yang mungkin terdapat pada pasien kehilangan  antara lain: isolasi sosial atau menarik diri, gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru, gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan. 

Baca Juga Dua Pilihan Extrim Untuk Darurat Kesehatan Masyarakat Covid19, Kita Pilih Yang Mana?

Tipe Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:  
Secara umum kehilangan dibagi menjadi dua tipe yaitu

Pertama, Kehilangan aktual atau nyata. Kehilangan ini sangat mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, seperti hilangnya anggota tubuh sebagian, amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.  

Kedua, Kehilangan persepsi. Kehilangan jenis ini hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

Jenis-Jenis  Kehilangan
1) Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, dan sangat bermakna atau orang yang berarti merupakana salah satu jenis kehilangan yang paling mengganggu dari tipe-tipe kehilangan. Kematian akan berdampak menimbulkan kehilangan bagi orang yang dicintai. 

Karena hilangnya keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.  

2) Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Kehilangan ini  meliputi kehilangan perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kehilangan kemampuan fisik dan mental, serta kehilangan akan peran dalam kehidupan, dan dampaknya. 

Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau seluruhnya. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.  

3) Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan benda milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.  

4) Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan dengan terpisahnya individu dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara menetap. Misalnya pindah ke kota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses  penyesuaian baru. 

5) Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon  berbeda tentang kematian.  

Konsep Berduka 
Berduka merupakan  respon emosi terhadap kehilangan yang dimanifestasikan dengan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal yang terjadi pada semua kejadian kehilangan. Dibagi menjadi dua tipe berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. 

Berduka diantisipasi merupakan suatu status pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. 

Tipe ini masih dalam batas normal. Sedangkan berduka disfungsional adalah suatu status individu dalam merespon suatu kehilangan dimana respon kehilangan dibesar-besarkan padaa saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan. 

Belum ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi yang bertujuan untuk membantu individu dalam memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. 

Peran Perawat
Peran perawat pada proses ini adalah mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.   

Proses Berduka
Menurut  Engel (1964) mempunyai beberapa fase yang dapat, yakni 

Fase I (shock dan tidak percaya)  Individu yang berada pada fase ini seringkali menolak menerima kenyataan akan  kehilangan yang dialami. Individu mungkin menarik diri dari lingkungan sekitar, duduk malas, atau  pergi tanpa tujuan. Reaksi fisik yang timbul pada fase ini adalah pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan. 

Fase II (berkembangnya kesadaran)  Individu mulai merasakan adanya kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa,marahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi. 

Fase III (restitusi)  Individu berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, pada fase ini individu  kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang

Fase IV indiduvu mulai menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa  bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum. 

Fase V Kehilangan yang tak dapat dihindari. Pada fase ini individu  harus mulai menyadari arti kehilangan. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang. 

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan kesehatan jiwa yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan dengan pendekatan menggunakan teknik komunikasi terapeutik. 

Dalam menegakkan diagnosa keperawatan Anda dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Menyimpulkan  core problem (masalah utama) merupakan prioritas masalah  dari beberapa masalah yang dimiliki pasien; Menghubungkan core problem sesuai dengan masalah lain dan sesuai dengan daftar masalah. 

Dari kelompok data yang terkumpul, baik data subjektif maupun data objektif, maka masalah dirumuskan. Dalam kaitan ini perlu dibuat daftar masalah keperawatan  kesehatan jiwa sesuai dengan pengkajian, pohon masalah, dan menegakkan diagnosa keperawatan dengan menyimpulkan core problem  (masalah utama). Menegakkan diagnosa dilakukan berdasarkan perioritas. 

Tindakan Keperawatan 
Langkah selanjutnya setelah Anda menegakkan diagnose keperawatan dan menentukan masalah utama pada kasus kehilangan adalah melakukan tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan pada pasien kehilagan bertujuan agar pasien mampu: 
  • Membina hubungan saling percaya dengan perawat; 
  • Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien; 
  • Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya; Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya; 
  • Memanfaatkan faktor pendukung. 
Evaluasi Keperawatan
Keberhasilan tindakan keperawatan tampak dari kemampuan pasien untuk: Mampu  membina hubungan saling percaya dengan perawat, Mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien, Memahami dan menerima hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya, Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya, Memanfaatkan faktor pendukung.

Marwan Polisiri

0 Response to "Kehilangan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

loading...

Iklan Tengah Artikel 2

loading...

Iklan Bawah Artikel

loading...