Kesehatan Masyarakat, Kepemimpinan dan Kemanusiaan (Prespektif Penanganan Covid19)
“Menghadapi pandemic Covid19 dibutuhkan Pemimpin yang memahami Kesehatan Masyarakat dan memiliki kepekaan yang tinggi soal kemanusiaan”
Sejak manusia ada, penciptaan Adam a.s, dan Siti Hawa, sudah mengenal upaya prefentif, mencegah timbulnya penyakit, Adam dan Hawa menambil pelepah Daun untuk menutup tubuhnya adalah bagian dari mencegah dari hawa dingin yang dapat menimbulkan penyakit, Adam dan Hawa makan tentunya untuk bertahan hidup dan memperpanjang usia.
Di Zaman Yunani Kuno kita juga mengenal Higea dan Asklopius. Pada tahun 400 sm Hippocrates telah mengajarkan teori dasar: arah angin, musim, jenis tanah, lokasi tempat tinggal, perilaku penduduk setempat terhadap kejadian penyakit.
Selanjutnya di era Abad ke 16 James lind (1768): mengatkan bahwa: dalam iklim panas dan kurang sehat di jawa, kanal-kanal (di batavia) tersebut sangat mengganggu, telah mematikan lebih banyak orang Eropa dibandingkan mereka yang ditebas oleh pedang”.

DR. Marwan Polisiri, SKM., MPH (Ketua Pengda Persakmi Maluku Utara)
Edwin Chadwick memperjuangkan Public Health act (1848) bahwa untuk melindungi orang miskin dan pekerja di lingkungan kumuh dengan sarana sanitasi. Reformasi kesehatan masyarakat, Lemuel Shattuck (Massachussets) pada tahun 1850 mengusulkan sanitasi, regulasi obat, pendidikan pencegahan di sekolah kedokteran, klinik untuk bayi sehat, penanganan kecanduan alkohol dan penderita sakit mental.
John snow (1855): perbedaan angka kematian akibat cholera (suplai air kotor 3,15% dan suplai air bersih 0,37%). Tahun 1920, Winslow mengemukakan theory terkait Kesehatan Masyarakat, Kesmas adalah Ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya masyarakat secara terorganisasi.
Gerakan pemeliharaan kesehatan primer (WHO, 1975; Alma Ata, 1978). Menghormati kebutuhan dan gaya hidup masyarakat setempat; Merupakan bagian integral sistem kesehatan nasional; Integrasi lintas-sektor; Partisipasi masyarakat, menggunakan sumberdaya lokal yang cost-effective; Koordinasi upaya promotive, preventive, curative dan rehabilitative; serta upaya kesehatan di tengah masyarakat yang membutuhkan.
Sejarah kesmas di indonesia, 1924 di rintis pendidikan kesling. 1952 pengembangan kia (direktorat kia di kementrian kesehatan. 1956 proyek uks diperkenalkan di jakarta. 1959 program p2m bantuan who. 1960 uu pokok kesehatan dirumuskan. 1969 konsep puskesmas. 1982 Sistem Kesehatan Nasional diberlakukan. 1992 UU No 23 tentang kesehatan. 1994 kepres 36 strategi penanggulangan aids. 1995 pin- target indonesia bebas polio tahun 2000. 1999 paradigma sehat
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah Ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya masyarakat secara terorganisasi. Prinsip pencegahan adalah hal utama dan diutamakan dalam menangani Covid19, mencegah dengan tetap di rumah, jika terpaksa keluar karena Hal penting maka jagalah jarak, hindari kerumunan dan tidak berjabat tangan, biasakan mencuci tangan setelah memegang sesuatu dan jangan pernah menyentuh wajah jika blm mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.
Selain itu pastikan daya tahan tubuh kita baik dengan memakan makanan bergizi, Istirahat yang cukup serta aktifitas fisik secara teratur. Dengan mencegah maka kita tetap mempertahankan orang sehat tetap sehat, tidak jatuh sakit dan kualitas sehatnya semakin baik.
Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat dilakukan dengan: Kebijakan publik yang mendukung peningkatan kesehatan; Lingkungan yang ramah terhadap kesehatan; Aliansi di masyarakat menuju pemberdayaan untuk hidup sehat; dan Upaya menjembatani kesenjangan antara kelompok-kelompok sosial-ekonomi dan politik di masyarakat.
Kebijakan Publik yang di maksud adalah segala keputusan Pemerintah baik pusat, Propinsi maupun Kabupaten/Kota, patuhi segala protokol kesehatan yang telah di buat oleh pemerintah. Selain pemerintah, keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat sangat penting untuk memutuskan mata rantai penularan serta saling membantu untuk mempercepat dalam mengatasi Covid19.
Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh bagaimana seni kepemimpinan untuk mempengaruhi orang lain dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks Pandemic covid19 maka pemimpin harus responsif untuk menciptakan kondusifitas dimasyarakat.
Jadi jika disederhanakan fungsi kepemimpinan adalah memastikan Rakyatnya mendapatkan segala kebutuhan dalam kondisi apapun. Jika kita melarang mereka bekerja dan tetap di rumah, maka harus juga di pastikan mereka masih bisa memenuhi kebutuhan dasar; Makan minum, listrik dan air bersih.
Jadi jika disederhanakan fungsi kepemimpinan adalah memastikan Rakyatnya mendapatkan segala kebutuhan dalam kondisi apapun. Jika kita melarang mereka bekerja dan tetap di rumah, maka harus juga di pastikan mereka masih bisa memenuhi kebutuhan dasar; Makan minum, listrik dan air bersih.
Tugas pemimpin itu meliputi: Tugas menanggapi situasi hidup masyarakat, pemimpin harus mampu memberikan jaminan rasa Aman, bahwa mereka akan terlidungi dari Wabah Corona, tapi jika mereka terjangkit wabah maka pemerintah telah menyiapkan RS terbaik untuk menanganinya; Tugas menilai situasi hidup masyarakat, pemimpin mampu memahami kondisi kebatinan masyarakatnya, ketakutan akan keterbatasan Stok pangan.
Kekuatiran akan kelangkahan masker dan handsanitazer; serta Tugas menentukan sikap/tindakan terhadap situasi hidup, termasuk mengambil keputusan penting terkait keselamatan masyarakat secara umumu, seperti kebijakan terkait Karantina Wilayah.
Tugas-tugas itu harus dilaksanakan dengan penuh perhitungan, Untuk dapat mengatasi Covid19 maka seorang pemimpin harus memiliki pemahaman tentang Kesehatan Masyarakat, memahami potensi outbreak suatu wilayah, bagaimana mengontrolnya, dari fase preparedness hingga mitigasinya.
Tugas-tugas itu harus dilaksanakan dengan penuh perhitungan, Untuk dapat mengatasi Covid19 maka seorang pemimpin harus memiliki pemahaman tentang Kesehatan Masyarakat, memahami potensi outbreak suatu wilayah, bagaimana mengontrolnya, dari fase preparedness hingga mitigasinya.
Dalam situasi sulit seperti ini kepekaan pemimpin dalam hal kemanusiaan di uji. Nilai kemanusiaan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, yakni Hak atas kesehatan; menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak semena-menaterhadap sesama manusia, menjunjung tinggi nila-nilai kemanusiaan.
Pemimpin maupun calon pemimpin yang akan datang perlu belajar dan meneladani pemimpin-pemimpin besar seperti Gandhi, Mandela, dan Gus Dur bahwa kekuasaan bukan segalanya. Ada yang lebih penting daripada itu, yaitu kemanusiaan. Minimal yang harus dilakukan adalah bagaimana cara mendapatkan kekuasaan, dan memperlakukan masyarakat sebagai konstituen utama dalam berdemokrasi dengan cara yang beradab, tidak menghalalkan segala upaya.
Jangan sekali-kali memanfaatkan wabah Covid19 untuk tujuan Politik. Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya, demikian juga merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Tuhan Sang Pencipta.***
0 Response to "Kesehatan Masyarakat, Kepemimpinan dan Kemanusiaan (Prespektif Penanganan Covid19)"
Post a Comment