KMB II Sebuah Catatan Kuliah

Keperawatan Medikal Bedah II  Mahasiswa RPL II Poltekes Ternate Tahun 2020

Sekilas melihat singkatan diatas teman-teman bisa saja berspekulasi, KMB adalah Konfrensi Meja Bundar sebuah pertemuan yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik Indonesia, 


Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg), yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di kepulauan Indonesia, Hasil KMB ini yakni kesediaan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan kepada republik indonesia serikat. 

Tapi KMB yang kami maksud adalah Keperawatan Medikal Bedah. Kesempatan kali ini kami membahas beberapa pokok bahasan dan subpokok pahasan KMB II (Keperawatan Medikal Bedah II) terdiri dari: Review Materi Anatomi Dan Fisiologi Sistem Tubuh; 

ilustrasi

Konsep Dan Teori Asuhan Keperawatan Medikal Bedah II; Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal; Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan; 

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem Endokrin; Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Integumen; Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Imun Dan Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Persyarafan.

Fokus tulisan hari ini terkait Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Persyarafan dengan Sub pokok bahasan: 


Asuhan Keperawatan Pasien Stroke. 
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.

Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.  

Jenis-Jenis Stroke, 

Pertama: Stroke iskemik (non-hemoragik) Disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat gumpalan aliran darah baik itu sumbatan karena thrombosis (gumpulan darah yang menyebabkan sumbatan di pembuluh darah) atau embolik (pecahnya gumpalan darah/benda asing yang ada didalam pembuluh darah sehingga dapat menyumbat pembuluh darah ke dalam otak) kebagian otak. 

Kedua: Hemoragik, Disebabkan oleh perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang subaraknoid. Menurut Meikhana (2014), beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain : 

1. Thrombosis Cerebral.

  • Atherosklerosis: mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah 
  • Hypercoagulasi pada polysitemia: Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral. 
2. Emboli 
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. 

3. Hemorhagi 
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.

Menurut Widyanto & Triwibowo (2013) terdapat factor resiko terjadinya stroke dan dibagi menjadi dua, yaitu yang tidak dapat diubah dan dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah: usia (makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke), riwayat keluarga, riwayat stroke dan penyakit jantung. 

Faktor yang dapat diubah: hipertensi, penyakit jantung, kolestrol tinggi, obesitas, diabetes mellitus, kadar hemotokrit tinggi, diabetes, merokok, penyalahgunaan obat, konsumsi alkohol. 


Manifestasi Klinis/Tanda 
gejala klinis stroke menurut Meikhana (2014): Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiplegia) yang timbul secara mendadak, Gangguan sensibilitas pada satu  atau lebih anggota badan, Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor/koma), Afasia (kesulitan dalam biacara) Gangguan penglihatan, diplopia, ataksia, Verigo, mual, muntah dan nyeri kepala (Nabyl, 2012). 

Pemeriksaan Penunjang 

Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan Neoroligi, Pemeriksaan Laboratorium terdiri dari: Pemeriksaan darah rutin, Pemerisaan kimia, Pemerisaan koagulasi, Biomarker jantung dan Pemeriksaan Radiologi: CT scan kepalan non kontraks. 

Pencegahan Stroke: Menjaga pola makan, Olahraga secara teratur, Berhenti merokok, Hindari konsumsi minuman beralkohol, Hindari penggunaan NAPZA. 


Komplikasi Stroke: Hipoksia serebral, Penurunan aliran darah serebral dan Embolisme serebral.


Proses Keperawatan: dimulai dari Pengkajian Indetitas Diri Pasien dan penanggung jawab (Nama, umur, alamat); Riwayat kesehatan: Riwayat kesehatan sekarang, Riwayat penyakit dahulu, Riwayat penyakit keluarga; 


Pemeriksaan fisik: 
Keadaan umum,  Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran dan Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara karena bentuk rahang miring ke kanan/kiri; Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi. 

Pemeriksaan Integument Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit  jelek. Pemeriksaan kepala dan leher, Pemeriksaan dada, Pemeriksaan abdomen, Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus, Pemeriksaan ekstremitas, Pemeriksaan neurologi

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan, 

Diagnosa 1 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kurangnya suplay O2 ke otak, intervensi keperawatannya: Lakukan pengkajian neurologis. (pemeriksaan nervus dan tonus otot), 

Lakukan pengukuran tanda-tanda vital, Tinggikan bagian kepala tempat tidur pasien 30 derajat, Abila skor GCS pasien kurang dari 10, hiperventilasikan pasien dengan ventilator sesuai dengan kebijakan layanan dan Pertahankan nutrisi yang adekuat. 


Diagnosa 2 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK: Memonitor tanda-tanda vital, Memonitor skala nyeri (skala 0-10), Atur posisi pasien senyaman mungkin, Anjurkan teknik relaksasi (napas dalam), Atur periode istirahat tanpa terganggu, Pemberian obat analgesik sesuai dengan program terapi. 

Diagnosa 3, Hambatan mobilitas fisik Berhubungan dengan penurunan kekuatan otot: Lakukan latihan ROM untuk sendi jika tidak merupakan    kontraindikasi, minimal satu kali setiap pergantian tugas saja. 


Tingkatkan dari pasif ke aktif sesuai toleransi, Miringkan dan atur posisi pasien setiap 2 jam pada saat pasien ditempat tidur dan beri dorongan mobilitas mandiri dengan membantu pasien menggunakan palang bertingkat dan panghalang sisi tempat tidur.

Gunakan tungkai yang terkena, dan lakukan aktifitas perawatan diri tersebut sambil menyisiri rambut, memberi makan, mengganti balutan, dan sebagainya, Ajarkan pasien dan anggota keluarga tentang latihan ROM dan program mobilitas serta Rujuk ke ahli terapi fisik untuk pengembangan program mobilitas

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Implementasi dengan Melakukan pengkajian neurologis. (Pemeriksaan 12 nervus kranial dan kekuatan tonus otot), Melakukan pemeriksaan TTV: Tekanan darah, Nadi, suhu, dan respirasi, Mengatur posisi kepala pasien 30 derajat, Melakukan pemeriksaan GCS, Melakukan pemasangan O2, 

Melakukan pemeriksaan skala nyeri (0-10), Mengajarkan kepeda pasien teknik relaksasi napas dalam, Memberikan obat Analgetik sesuai program terapi, Melakukan latihan ROM dari aktif ke pasif, Membatu pasien untuk melakukan mobilitas fisik secara mandiri seperti menyisir rambut, Mengajarkan kepada keluarga dan pasien teknik latihan ROM.


Marwan Polisiri

0 Response to "KMB II Sebuah Catatan Kuliah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

loading...

Iklan Tengah Artikel 2

loading...

Iklan Bawah Artikel

loading...