Merawat Surga Sebuah Catatan Kuliah
Keperawatan Gerontik Mahasiswa RPL II Poltekes Ternate Tahun 2020
Dalam Pengantar ini kami ingin menjelaskan kenapa Catatan Kuliah ini kami beri judul merawat surga. Semua orang yang beragama paham bahwa wujud Tuhan yang bisa kita lihat ada dalam sosok orang tua kita, bukankah Surga itu di bawah telapak kaki ibu? Ridho Tuhan terletak pada Rhido orang tua.
Olehnya itu merawat lansia yang merupakan sosok orang tua kita semua adalah merawat Surga. Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994).
Saat ini, jumlah masyarakat Indonesia hampir sekitar 260 juta dan komposisi masyarakatnya juga sangat beragam. Dan Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki komposisi masyarakat yang disebut “Triple Burden”, dimana jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi, masih dominannya penduduk muda, dan jumlah lansia yang terus meningkat.
Seiring meningkatnya jumlah lansia, berbagai macam gangguan kesehatan juga dapat dialami para lansia. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi permasalahn lansia, diantaranya dengan tindakan keperawatan.
Tanda-tanda dari penuaan adalah dengan adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan biomekanik di dalam sel tubuh sehingga mempengaruhi fungsi sel jaringan dan organ tubuh, secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua ini tentunya berakibat terhadap penurunan dari fungsi sistem-sistem tubuh, diantara sistem tubuh yang terpengaruh atau terganggu adalah sistem persyarafan. Sistem persyarafan memiliki fungsi yang cukup vital dalam tubuh manusia, dikarenakan sistem syaraf mengatur koordinasi dari organ-organ vital dalam tubuh dan juga menjaga keseimbangan tubuh.
Sebagai contoh, masalah yang paling banyak dialami para lansia adalah mudah jatuh, dan diantara faktor-faktor yang mempengaruhi seorang lansia mudah jatuh adalah adanya gangguan pada susunan sistem syaraf.
Kondisi kesehatan fisik dan mental pada orang lansia biasanya mulai menurun. Beberapa perubahan fisik yang diasosiasikan dengan penuaan dapat terlihat jelas oleh seseorang pengamat biasa meskipun mereka berdampak pada beberapa lansia lebih dari yang lain.
Kesimpulan 1
Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem saraf pada dewasa lanjut atau lansia yaitu berat otak menurun, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk berpikir, Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin,
Kurang sensitif terhadap sentuhan, cepatnya menurunkan hubungan persyarafan, reflek tubuh akan semakin berkurang serta terjadi kurang koordinasi tubuh, dan membuat dewasa lanjut menjadi cepat pikun dalam mengingat sesuatu.
Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan menyeluruh baik fisik, sosial, mental, dan moral spiritual, yang keseluruhanya saling kait mengait antara satu bagian dengan bagian yang lainya.
Dan perlu kita ingat bahwa tiap-tiap perubahan memerlukan penyesuaian diri, padahal dalam kenyataan semakin menua usia kita kebanyakan semakin kurang fleksibel untuk menyesuaikan terhadap berbagai perubahan yang terjadi dan disinilah terjadi berbagai gejolak yang harus dihadapi oleh setiap kita yang mulai menjadi manula. Gejolak-gejolak itu antara lain perubahan fisik dan perubahan sosial.
Kesimpulan 2
Pada lansia sering dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan gerak dan fungsi. Menurut Kamso yang dikutip oleh Zuhdi (2000), pada lansia terjadi penurunan kekuatan sebesar 88%, fungsi pendengaran 67%, pengelihatan 72%, daya ingat 61%, serta kelenturan tubuh yang menurun sebesar 64%.
Kesimpulan 3
Proses penuaan tentunya berdampak pada aspek kehidupan , baik ekonomi, sosial, dan kesehatan. Akibat menurunnya berbagai fungsi organ tubuh dapat menimbulkan berbagai permasalahan khusus tersebut dapat diminimalisir, salah satunya dengan melakukan kegiatan aktifitas fisik atau olahraga.
Olahraga atau latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran, kesegaran, dan kelenturan fisik, namun tidak semua olahraga baik dilakukan oleh lansia, karena ada beberapa macam gerakan yang dianggap membahayakan saat berolahraga.
Dengan melakukan latihan fisik atau olahraga akan memberikan manfaat bagi kesehatan. Secara keseluruhan manfaat kesegaran jasmani bagi kelompok lansia, yaitu dapat meringankan biaya pemeliharaan kesehatan, meningkatkan produktivitas, serta mengangkat derajat dan martabat lansia.
Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia
1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
2. Pendekatan psikis
Peranan penting perawat untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus dapat mendukung mental mereka, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.
3. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk social yang membutuhkan orang lain.
Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.***
Dalam Pengantar ini kami ingin menjelaskan kenapa Catatan Kuliah ini kami beri judul merawat surga. Semua orang yang beragama paham bahwa wujud Tuhan yang bisa kita lihat ada dalam sosok orang tua kita, bukankah Surga itu di bawah telapak kaki ibu? Ridho Tuhan terletak pada Rhido orang tua.
Olehnya itu merawat lansia yang merupakan sosok orang tua kita semua adalah merawat Surga. Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994).

Marwan Polisiri
Seiring meningkatnya jumlah lansia, berbagai macam gangguan kesehatan juga dapat dialami para lansia. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi permasalahn lansia, diantaranya dengan tindakan keperawatan.
Tanda-tanda dari penuaan adalah dengan adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan biomekanik di dalam sel tubuh sehingga mempengaruhi fungsi sel jaringan dan organ tubuh, secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua ini tentunya berakibat terhadap penurunan dari fungsi sistem-sistem tubuh, diantara sistem tubuh yang terpengaruh atau terganggu adalah sistem persyarafan. Sistem persyarafan memiliki fungsi yang cukup vital dalam tubuh manusia, dikarenakan sistem syaraf mengatur koordinasi dari organ-organ vital dalam tubuh dan juga menjaga keseimbangan tubuh.
Sebagai contoh, masalah yang paling banyak dialami para lansia adalah mudah jatuh, dan diantara faktor-faktor yang mempengaruhi seorang lansia mudah jatuh adalah adanya gangguan pada susunan sistem syaraf.
Kondisi kesehatan fisik dan mental pada orang lansia biasanya mulai menurun. Beberapa perubahan fisik yang diasosiasikan dengan penuaan dapat terlihat jelas oleh seseorang pengamat biasa meskipun mereka berdampak pada beberapa lansia lebih dari yang lain.
Kesimpulan 1
Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem saraf pada dewasa lanjut atau lansia yaitu berat otak menurun, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk berpikir, Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin,
Kurang sensitif terhadap sentuhan, cepatnya menurunkan hubungan persyarafan, reflek tubuh akan semakin berkurang serta terjadi kurang koordinasi tubuh, dan membuat dewasa lanjut menjadi cepat pikun dalam mengingat sesuatu.
Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan menyeluruh baik fisik, sosial, mental, dan moral spiritual, yang keseluruhanya saling kait mengait antara satu bagian dengan bagian yang lainya.
Dan perlu kita ingat bahwa tiap-tiap perubahan memerlukan penyesuaian diri, padahal dalam kenyataan semakin menua usia kita kebanyakan semakin kurang fleksibel untuk menyesuaikan terhadap berbagai perubahan yang terjadi dan disinilah terjadi berbagai gejolak yang harus dihadapi oleh setiap kita yang mulai menjadi manula. Gejolak-gejolak itu antara lain perubahan fisik dan perubahan sosial.
Kesimpulan 2
Pada lansia sering dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan gerak dan fungsi. Menurut Kamso yang dikutip oleh Zuhdi (2000), pada lansia terjadi penurunan kekuatan sebesar 88%, fungsi pendengaran 67%, pengelihatan 72%, daya ingat 61%, serta kelenturan tubuh yang menurun sebesar 64%.
Kesimpulan 3
Proses penuaan tentunya berdampak pada aspek kehidupan , baik ekonomi, sosial, dan kesehatan. Akibat menurunnya berbagai fungsi organ tubuh dapat menimbulkan berbagai permasalahan khusus tersebut dapat diminimalisir, salah satunya dengan melakukan kegiatan aktifitas fisik atau olahraga.
Olahraga atau latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran, kesegaran, dan kelenturan fisik, namun tidak semua olahraga baik dilakukan oleh lansia, karena ada beberapa macam gerakan yang dianggap membahayakan saat berolahraga.
Dengan melakukan latihan fisik atau olahraga akan memberikan manfaat bagi kesehatan. Secara keseluruhan manfaat kesegaran jasmani bagi kelompok lansia, yaitu dapat meringankan biaya pemeliharaan kesehatan, meningkatkan produktivitas, serta mengangkat derajat dan martabat lansia.
Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia
1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
2. Pendekatan psikis
Peranan penting perawat untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus dapat mendukung mental mereka, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.
3. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk social yang membutuhkan orang lain.
Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.***
0 Response to "Merawat Surga Sebuah Catatan Kuliah "
Post a Comment