New Normal Dan Semua Akan Covid Pada Waktunya
Pemerintah kota Ternate melalui Walikota Ternate Dr. Burhan Abdurahman akan mengambil langkah-langkah sejalan dengan pemerintah pusat yakni menerapkan New Normal (kita harus berdamai dengan Corona, jangan lagi takut).
Dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan relaksasi, dipastikan dalam waktu dekat XXI juga akan dibuka, namu ada pembatasan jumlah pengunjung dan penerapan protocol kesehatan (Malut Post, 28 Mei 2020).
Menanggapi pernyataan tersebut dengan melihat situasi dan kondisi yang terjadi dimana kota ternate terdapat 2 kelurahan yaitu Akehuda dan kelurahan Makassar Timur yang angka penularan sangat signifikan dengan (reproduction number/R0=4).
Artinya satu orang bisa menular ke 4 orang dalam 4 hari, maka bila sampai ada 6 orang penderita baru dari 1 orang kasus maka artinya orang tersebut sudah lama berkeliaran ke mana-mana.
Baca Juga: Pencegahan Virus Corona Dalam Perspektif Islam
Bayangkan kalo ada 100 orang menularkan masing-masing ke 2 orang, maka ada 200 orang yang akan terconfirm positif. Situasi ini jika tidak disikapi dengan baik,
Maka akan terjadi ledakan kasus yang tidak bisa di bendung yang pada akhirnya fasilitas kesehatan (rumah sakit, tempat karantina tidak akan mampu menampung pasien) dan kita akan kehilangan populasi.
Saat ini jumlah penduduk kota ternate 206.621 jiwa, dimana jumlah penduduk usia > 50 tahun sebanyak 22.397 (10,8%) yang merupakan kelompok risiko tinggi, terdapat 7 kecamatan, 78 kelurahan dengana angka kepadatan penduduk tinggi.
Jumlah penduduk risiko tinggi (risti) usia > 50 tahun yang cukup banyak (kelompok usia risiko tinggi jika kelompok ini terpapar/kontak erat dengan kasus confirmasi).
Kota dengan kepadatan penduduk cukup tinggi di serta dengan mobiltas penduduk yang cukup tinggi. Hal ini sangat memberikan peluang terhadap pergerakan Covid-19.
Persentase Jumlah kelurahan dengan kasus covid yaitu berjumlah 24 kelurahan (terjangkit Covid-19) dari 78 kelurahan, dengan kasus terbanyak yaitu pada kelurahan Akehuda (8 kasus), Kelurahan Makssar Timur 7 orang, sedangkan kelurahan lainya berjumlah 1-2 kasus.
Analisis Epidemilogi
Dari data yang diperoleh Pusat Data dan Informasi Gugus Tugas Covid-19 Malut diatas dapat dianalisis kasus covid-19 yang terjadi di Kota Ternate, sebagai berikut:
Peningakatan kasus.
Sampai dengan hari ke 60, terlihat peningkatan, dari kasus pertama yang muncul pada tanggal, 23 Maret dan sampai 20 Mei 2020 berjumlah 56 kasus, sedangkan jumlah OTG, ODP dan PDP yang dipantau adalah sebanyak 316 kasus.
Hal ini menunjukan bahwa jumlah populasi rentan /carier yang ada dimasyarakat diperkirakan besar (setiap 1 kasus dengan kelipatan 5-6 org), kasus terselubung ini akan muncul seketika, dan dapat menambah angka kesakitan dan kematian pada kelompok risiko tinggi usia > 50 tahun (10,8%), dan orang dengan comorbid (penyakit penyerta).
Baca Juga: Mengenal Pneumonia Yang Mematikan
Perluasan wilayah
Awalnya satu kasus dalam satu kelurahan, saat mengalami peningkatan, pendistribusian kasus dalam waktu 60 hari sudah mencapai 24 kelurahan dari 78 kelurahan (30,7) di Kota Ternate, ini terjadi pada wilayah utara, tengah dan selatan.
Sedangkan wilayah barat dan pulau belum ada kasus. hal ini dipengaruhi oleh tingkat kepadatan tinggi wilayah tersebut, pusat perdagangan, serta adanya pelaku perjalanan dari daerah luar yang banyak baik perorangan maupun klaster, dan mobilisasi yang tinggi potensi penyabaran kasus ini akan melebar di wilayah lainya.
Transmisi lokal
Transmisi lokal sudah terjadi awal pada kasus pertama ditemukan , dan meningkat pada hari ke dua puluh, dan saat ini tidak ada lagi kasus yang dari daerah terjangkit (inported case), karena lakukan penghentian transportasi udara dan laut dari dan ke provinsi lain, yang hanya beroperasi transportasi antar pulau, itupun dibatasi.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kasus yang muncul semuanya merupakan kasus lokal, bahkan telah mencapai generasi ke tiga, hal ini menandakan bahwa masyarakat tidak disiplin dalam menjalankan protap kesehatan dan kurang ketegasan dari pemerintah dalam upaya pengendalian penyebaran kasus di Maluku Utara.
Berdasarkan hasil kajian diatas, maka disimpulkan bahwa :
Kota Ternate dikatagorikan sebagai high transmission, sehingga sudah layak untuk melaksanakan PSBB. Jika Tidak bisa PSBB, maka buat pemetaan/zona pengamanan secara ketat zona yg belum di temukan kasus confirm positif.
Bicara tentang New Normal. New Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan menerapkan protokol kesehatan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19. Jika New Normal diterapkan maka seseorang nantinya akan mengadopsi perilaku hidup berbeda agar menekan risiko penularan virus.
Sebelumnya, masyarakat perlu diberikan psikoedukasi atau pemahaman mengenai pengertian hal tersebut agar bisa menambah wawasan mereka.
Dalam pandangan/intervensi Epidemilogi kita kenal dengan istilah Individual Level, jadi kita harus bangun literasi sosial, waktunya lama. tidak cocok untuk pandemik. Kelamaan, bisa habis populasinya, intervensi tidak berdampak, Apalagi dengan kultur masyarakat kita yang sedikit "keras kepala''.
Menurut Pakar Epidemiologi UNAIR Surabaya (Dr. dr. Atoillah, M. Kes) New Normal yang harus dipelajari. Dibudayakan, dan proses pembudayaan itu harus melewati 3 tahap: Keterpaksaan, Kebiasaan dan budaya. Ketika gagal melewati keterpaksaan, ya selesai. Nggak lulus.
Jangan bicara soal new normal lagi. Yang ada adalah normal life. Hidup biasa seolah nggak ada apa-apa. Karena ada 2 hal yang sama-sama susah: memaksakan kebiasaan baru pada anak-anak yang belum dewasa, dan pada orang dewasa yang kekanak-kanakan.
Dengan kondisi mobilitas masyarakat seperti sekarang ini serta pengetahuan kita tentang covid-19 sendiri yang penuh misteri baik di alam maupun di dalam konteks gejala klinis apalagi epidemiologi, terbukti WHO sendiri berkali-kali mengubah-ubah statemen cara penularan covid-19 ini, penyebaran penularan secara luas hampir mustahil dihindari.
Baca Juga: Kesehatan Remaja dan Fakta Tentang Mimpi Basah
Jadi secara subyektif sebenarnya saya sama-sama tidak igin terjadi, tapi secara obyektif dan teori saya hampir kesulitan menemukan kesimpulan selain bahwa penyebaran penularan secara luas hampir mustahil dihindari. Dengan demikian, saya berkesimpulan bahwa kita semua akan Covid pada waktunya.
Tapi selama itu belum terjadi, sebagai epidemiolog dan sepanjang yang saya tahu bahwa dalam epidemiologi tidak ada teori, definisi, maupun rumus matematik maupun statistik untuk bagaimana caranya berdamai dengan penyakit.
Maka sepanjang itu pula saya akan terus melakukan jalan ninja epidemiologi yang saya tahu, bukan bentuk arogansi tapi lebih ke tuntutan melakukan ikhtiar: Tidak Ada Kata Damai Untuk Covid-19 (Ahmad Muttaqin).
Irwan Mustafa, M.Epid
Pengurus Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Malut dan PERSAKMI Malut.
Dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan relaksasi, dipastikan dalam waktu dekat XXI juga akan dibuka, namu ada pembatasan jumlah pengunjung dan penerapan protocol kesehatan (Malut Post, 28 Mei 2020).
Menanggapi pernyataan tersebut dengan melihat situasi dan kondisi yang terjadi dimana kota ternate terdapat 2 kelurahan yaitu Akehuda dan kelurahan Makassar Timur yang angka penularan sangat signifikan dengan (reproduction number/R0=4).

Baca Juga: Pencegahan Virus Corona Dalam Perspektif Islam
Bayangkan kalo ada 100 orang menularkan masing-masing ke 2 orang, maka ada 200 orang yang akan terconfirm positif. Situasi ini jika tidak disikapi dengan baik,
Maka akan terjadi ledakan kasus yang tidak bisa di bendung yang pada akhirnya fasilitas kesehatan (rumah sakit, tempat karantina tidak akan mampu menampung pasien) dan kita akan kehilangan populasi.
Saat ini jumlah penduduk kota ternate 206.621 jiwa, dimana jumlah penduduk usia > 50 tahun sebanyak 22.397 (10,8%) yang merupakan kelompok risiko tinggi, terdapat 7 kecamatan, 78 kelurahan dengana angka kepadatan penduduk tinggi.
Jumlah penduduk risiko tinggi (risti) usia > 50 tahun yang cukup banyak (kelompok usia risiko tinggi jika kelompok ini terpapar/kontak erat dengan kasus confirmasi).
Kota dengan kepadatan penduduk cukup tinggi di serta dengan mobiltas penduduk yang cukup tinggi. Hal ini sangat memberikan peluang terhadap pergerakan Covid-19.
Persentase Jumlah kelurahan dengan kasus covid yaitu berjumlah 24 kelurahan (terjangkit Covid-19) dari 78 kelurahan, dengan kasus terbanyak yaitu pada kelurahan Akehuda (8 kasus), Kelurahan Makssar Timur 7 orang, sedangkan kelurahan lainya berjumlah 1-2 kasus.
Analisis Epidemilogi
Dari data yang diperoleh Pusat Data dan Informasi Gugus Tugas Covid-19 Malut diatas dapat dianalisis kasus covid-19 yang terjadi di Kota Ternate, sebagai berikut:
Peningakatan kasus.
Sampai dengan hari ke 60, terlihat peningkatan, dari kasus pertama yang muncul pada tanggal, 23 Maret dan sampai 20 Mei 2020 berjumlah 56 kasus, sedangkan jumlah OTG, ODP dan PDP yang dipantau adalah sebanyak 316 kasus.
Hal ini menunjukan bahwa jumlah populasi rentan /carier yang ada dimasyarakat diperkirakan besar (setiap 1 kasus dengan kelipatan 5-6 org), kasus terselubung ini akan muncul seketika, dan dapat menambah angka kesakitan dan kematian pada kelompok risiko tinggi usia > 50 tahun (10,8%), dan orang dengan comorbid (penyakit penyerta).
Baca Juga: Mengenal Pneumonia Yang Mematikan
Perluasan wilayah
Awalnya satu kasus dalam satu kelurahan, saat mengalami peningkatan, pendistribusian kasus dalam waktu 60 hari sudah mencapai 24 kelurahan dari 78 kelurahan (30,7) di Kota Ternate, ini terjadi pada wilayah utara, tengah dan selatan.
Sedangkan wilayah barat dan pulau belum ada kasus. hal ini dipengaruhi oleh tingkat kepadatan tinggi wilayah tersebut, pusat perdagangan, serta adanya pelaku perjalanan dari daerah luar yang banyak baik perorangan maupun klaster, dan mobilisasi yang tinggi potensi penyabaran kasus ini akan melebar di wilayah lainya.
Transmisi lokal
Transmisi lokal sudah terjadi awal pada kasus pertama ditemukan , dan meningkat pada hari ke dua puluh, dan saat ini tidak ada lagi kasus yang dari daerah terjangkit (inported case), karena lakukan penghentian transportasi udara dan laut dari dan ke provinsi lain, yang hanya beroperasi transportasi antar pulau, itupun dibatasi.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kasus yang muncul semuanya merupakan kasus lokal, bahkan telah mencapai generasi ke tiga, hal ini menandakan bahwa masyarakat tidak disiplin dalam menjalankan protap kesehatan dan kurang ketegasan dari pemerintah dalam upaya pengendalian penyebaran kasus di Maluku Utara.
Berdasarkan hasil kajian diatas, maka disimpulkan bahwa :
Kota Ternate dikatagorikan sebagai high transmission, sehingga sudah layak untuk melaksanakan PSBB. Jika Tidak bisa PSBB, maka buat pemetaan/zona pengamanan secara ketat zona yg belum di temukan kasus confirm positif.
Bicara tentang New Normal. New Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan menerapkan protokol kesehatan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19. Jika New Normal diterapkan maka seseorang nantinya akan mengadopsi perilaku hidup berbeda agar menekan risiko penularan virus.
Sebelumnya, masyarakat perlu diberikan psikoedukasi atau pemahaman mengenai pengertian hal tersebut agar bisa menambah wawasan mereka.
Dalam pandangan/intervensi Epidemilogi kita kenal dengan istilah Individual Level, jadi kita harus bangun literasi sosial, waktunya lama. tidak cocok untuk pandemik. Kelamaan, bisa habis populasinya, intervensi tidak berdampak, Apalagi dengan kultur masyarakat kita yang sedikit "keras kepala''.
Menurut Pakar Epidemiologi UNAIR Surabaya (Dr. dr. Atoillah, M. Kes) New Normal yang harus dipelajari. Dibudayakan, dan proses pembudayaan itu harus melewati 3 tahap: Keterpaksaan, Kebiasaan dan budaya. Ketika gagal melewati keterpaksaan, ya selesai. Nggak lulus.
Jangan bicara soal new normal lagi. Yang ada adalah normal life. Hidup biasa seolah nggak ada apa-apa. Karena ada 2 hal yang sama-sama susah: memaksakan kebiasaan baru pada anak-anak yang belum dewasa, dan pada orang dewasa yang kekanak-kanakan.
Dengan kondisi mobilitas masyarakat seperti sekarang ini serta pengetahuan kita tentang covid-19 sendiri yang penuh misteri baik di alam maupun di dalam konteks gejala klinis apalagi epidemiologi, terbukti WHO sendiri berkali-kali mengubah-ubah statemen cara penularan covid-19 ini, penyebaran penularan secara luas hampir mustahil dihindari.
Baca Juga: Kesehatan Remaja dan Fakta Tentang Mimpi Basah
Jadi secara subyektif sebenarnya saya sama-sama tidak igin terjadi, tapi secara obyektif dan teori saya hampir kesulitan menemukan kesimpulan selain bahwa penyebaran penularan secara luas hampir mustahil dihindari. Dengan demikian, saya berkesimpulan bahwa kita semua akan Covid pada waktunya.
Tapi selama itu belum terjadi, sebagai epidemiolog dan sepanjang yang saya tahu bahwa dalam epidemiologi tidak ada teori, definisi, maupun rumus matematik maupun statistik untuk bagaimana caranya berdamai dengan penyakit.
Maka sepanjang itu pula saya akan terus melakukan jalan ninja epidemiologi yang saya tahu, bukan bentuk arogansi tapi lebih ke tuntutan melakukan ikhtiar: Tidak Ada Kata Damai Untuk Covid-19 (Ahmad Muttaqin).
Irwan Mustafa, M.Epid
Pengurus Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Malut dan PERSAKMI Malut.
0 Response to "New Normal Dan Semua Akan Covid Pada Waktunya"
Post a Comment