Gizi Kesehatan Masyarakat (Kebudayaan, Kepulauan dan Covid19)
Gizi Kesehatan Masyarakat saat pandemik Covid19 menjadi permasalahan tersendiri yang kita hadapi dan membutuhkan keseriusan dalam penangan karena asupan gizi saat Covid19 penting sekali untuk meningkatkan imunitas tubuh dan dapat mencegah terinfeksi penyakit menular.
Masalah gizi bisa diakibatkan oleh panen yang gagal, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi itu sendiri, dan bisa juga diakibatkan oleh kebiasaan-kebiasaan atau pantangan-pantangan yang dianut atau dipercaya oleh suatu masyarakat, dimana tidak boleh memakan atau mengkonsumsi suatu makanan yang justru mengandung banyak gizi dan Akses masyarakat dalam memperoleh bahan pangan.
Ilmu gizi merupakan salah satu ilmu terapan yang berkaitan dengan berbagai ilmu dasar seperti ilmu kimia, biokimia, biologi, fisiologi, pathologi, ilmu pangan, dan lain-lain.
Beberapa pendapat tentang ilmu gizi, National Academy of Science (1994), ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari zat-zat dari pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan proses yang terjadi pada pangan sejak dikonsumsi, dicerna, diserap sampai dimanfaatkan tubuh, serta dampaknya terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup manusia serta faktor yang mempengaruhinya.
Guthrie (1983), menyatakan prinsip-prinsip gizi dasar adalah ilmu yang mempelajari makanan, zat gizi, proses pencernan, metabolisme dan penyerapan dalam tubuh, fungsi serta akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi bagi tubuh.
Dengan melihat pengertian ilmu gizi di atas, sudah dapat dipastikan gizi merupakan zat gizi atau makanan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kita. Menurut Anderson Makanan yang mengandung zat gizi berfungsi untuk :
Pertama ; Memberi energi : seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas,
Kedua; Pertumbuhan dan pemelihara jaringan tubuh : protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak,
Ketiga; Mengatur proses tubuh : protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.
Gizi dan Kebudayaan
Anderson menyatakan bahwa para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu yang kompleks mulai dari kegiatan masak-memasak, masalah kesukaran dan ketidaksukaran, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan, dan takhayul-takhayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan, dan konsumsi makanan.
Kepercayaan suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan makanan, sehingga terbukti sangat sukar untuk meyakinkan orang untuk menyesuaikan makanan tradisional mereka demi kepentingan gizi yang baik.
Karena pantangan agama, takhayul, kepercayaan tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang kebetulan dalam sejarah ada bahan-bahan yang bergizi baik yang tidak boleh dimakan, mereka diklasifikasikan sebagai “bukan makanan”.
Rumit masalah yang berhubungan dengan gizi ataupun makanan berkaitan dengan kebudayaan masyarakat yang berbeda-beda, maka salah satu cara adalah dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang apa yang sering belum dipelajari oleh masyarakat tentang hubungan antara makanan dan kesehatan.
Keterkaitan antara gizi atau makanan dengan kebudayaan, Pengetahuan mengenai kepercayaan lokal tersebut dapat dipakai dalam perencanaan perbaikan gizi.
Gizi dan Tantangan Kepulauan
Kesehatan Daerah Kepulauan adalah sebuah Upaya Kesehatan secara menyeluruh meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam gugusan Pulau dan perairan dalam satu kesatuan Geografis, ekonomi dan politik.
Daerah Kepulauan adalah kumpulan pulau-pulau yang berdekatan dan memiliki keterkaitan dan ada interaksi secara sosial, budaya dan ekonomi antar masyarakat.
Kesehatan adalah adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Tujuan Kesehatan kepulauan adalah sebuah upaya yang di lakukan untuk Mempermudah akses dan pemerataan pelayanan kesehatan secara maksimal dengan mempertimbangkan semua aspek meliputi Manajemen, ketersediaan sumberdaya, sarana trans portasi dan logistik secara efektif dan efisien untuk pencapaian pembangunan kesehatan yang komprehensif (M.Polisiri).
Tantangan Kesehatan Daerah Kepulauan
Saat ini isu daerah kepulauan sangat mengemuka, sebab Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi besar untuk menjadi poros maritim dunia.
Poros maritim merupakan sebuah gagasan strategis yang diwujudkan untuk menjamin konektivitas antar pulau, perbaikan infrastruktur maritim, pengembangan industri manufaktur maritim serta ketahanan dan keamanan maritim.
Sebagai sebuah Negara Kepulauan tentunya tantangannya sangat besar diantaranya;
Pertama Tantangan Geografi, Indonesia memiliki luas wilayah 5,180,053 km², dengan luas daratan 1,922,570 km² (37.11%) dan luas perairan 3,257,483 km² (62.89%).
Selain itu, terdapat 8 provinsi yang sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan laut, yaitu: Kepulauan Riau, Bangka Belitung, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Maluku.
Kedua, Tantangan Demografi, Jumlah penduduk dan piramida usia penduduk juga menjadi tantangan bagi Indonesia.
Ketersebaran lokasi penduduk yang tinggal di 6.000-an pulau di Indonesia menjadi pekerjaan rumah tersendiri untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM)-nya. Perlu perhatian khusus agar semua masyarakat dapat mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.
Ketiga, Tantangan Ekonomi Regional dan Anggaran Pemerintah, Keempat, Tantangan Infrastruktur Maritim.
Terkait permasalahan kesehatan daerah kepulauan, maka secara umum ada beberapa permasalahan utama bidang kesehatan pada daerah kepulauan antara lain disparitas status kesehatan; beban ganda penyakit; kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan; pelindungan masyarakat di bidang obat dan makanan; serta perilaku hidup bersih dan sehat.
Beberapa masalah penting lainnya yang perlu ditangani segera adalah peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, penanganan masalah gizi buruk, penanggulangan wabah penyakit menular, pelayanan kesehatan di daerah bencana, dan pemenuhan jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan.
Antara Akses Dan Mahalnya Biaya Fasilitas Kesehatan
Ada ungkapan bahwa, bukannya masyarakat tidak mau sehat tapi mereka tidak mampu untuk sehat, sebab kesehatan sudah sangat mahal, sehingga mereka tidak mampu lagi membeli pelayanan kesehatan, belum lagi sulitnya akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan.
Penanganan Masalah Gizi
Beberapa temuan di lapangan terkait kasus gizi kurang maupun Gizi buruk di Propinsi Maluku Utara selalu saja di sebabkan soal akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, biasanya mereka di temukan setelah kondisinya memburuk,
dalam wawancara dengan petugas gizi lapangan, selalu di temukan fakta bahwa balita tersebut tidak pernah ke Posyandu, Pustu/Polindes atau Puskesmas, mereka bahkan melahirkan di kebunnya. Kasus Gizi buruk akan menjadi polemik di media tanpa melihat akar masalahnya.
Terbatasnya Sarana Dan Prasarana
Kualitas pelayanan kesehatan sangat di pengaruhi oleh ketersedianya sarana dan prasarana, keterbatasan sarana dan prasarana pada unit perifer atau unit terjauh dari sistem pelayanan kesehatan merupakan tantangan yang harus segera di atasi oleh pemerintah.
Polindes/Poskesdes saat ini menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan, baik buruk kesehatan masyarakat sangat tergantung dari kualitas pelayanan Polindes, kualitas pelayanan Polindes sangat di tentukan oleh sarana dan prasarana yang dimiliki, karena sehebat apapun petugasnya sarana dan prasarana penunjang sangat di butuhkan.
Masih Terbatasnya Tenaga Kesehatan
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, upaya yang akan dilakukan adalah pengangkatan dan penempatan tenaga kesehatan, seperti dokter dan tenaga keperawatan terutama di daerah terpencil,
peningkatan proporsi puskesmas yang memiliki tenaga dokter; peningkatan proporsi rumah sakit kabupaten/kota yang memiliki tenaga dokter spesialis dasar, dan peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
Program nusantara sehat merupakan terobosan yang cerdas untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang terbatas pada daerah terpencil dan kepulauan, namun sistem birokratisasi yang panjang yang membuat tidak efisien dan efektif program ini.
Saya menawarkan ide untuk semua kampus harus memberikan kuota kepada masing-masing anak di desa terpencil untuk menjadi petugas kesehatan seperti:
Dokter, Perawat, Bidan, Sanitarian, Nutrisionis dan epidemolog, dengan perjanjian kontrak setelah selesai dia harus bekerja selama 30 tahun di desa terpencil dan terluar asalnya dia, tanpa menerima apapun alasan untuk pindah tempat tugas.
Program ini di harapkan dapat membantu mengurai permasalahan kekurangan tenaga kesehatan di daerah kepulauan, selanjutnya dampak psikologinya adalah sebagai anak daerah tentunya dedikasi dan keseriusan mengurus daerahnya jauh lebih besar di banding orang lain.
Selain itu yang bersangkutan lebih memahami masalah mendasar desanya baik dari segi budaya maupun potensi yang bisa di kembangkan.
Referensi : Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Anderson, Foster. (2006). Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press. FKM UI. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. M.Polisiri, DKK (2019) Kesehatan Daerah Kepulauan, Merah Putih
Masalah gizi bisa diakibatkan oleh panen yang gagal, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi itu sendiri, dan bisa juga diakibatkan oleh kebiasaan-kebiasaan atau pantangan-pantangan yang dianut atau dipercaya oleh suatu masyarakat, dimana tidak boleh memakan atau mengkonsumsi suatu makanan yang justru mengandung banyak gizi dan Akses masyarakat dalam memperoleh bahan pangan.
Ilmu gizi merupakan salah satu ilmu terapan yang berkaitan dengan berbagai ilmu dasar seperti ilmu kimia, biokimia, biologi, fisiologi, pathologi, ilmu pangan, dan lain-lain.
![]() |
DR. Marwan Polisiri, SKM., MPH |
Guthrie (1983), menyatakan prinsip-prinsip gizi dasar adalah ilmu yang mempelajari makanan, zat gizi, proses pencernan, metabolisme dan penyerapan dalam tubuh, fungsi serta akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi bagi tubuh.
Dengan melihat pengertian ilmu gizi di atas, sudah dapat dipastikan gizi merupakan zat gizi atau makanan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kita. Menurut Anderson Makanan yang mengandung zat gizi berfungsi untuk :
Pertama ; Memberi energi : seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas,
Kedua; Pertumbuhan dan pemelihara jaringan tubuh : protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak,
Ketiga; Mengatur proses tubuh : protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.
Gizi dan Kebudayaan
Anderson menyatakan bahwa para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu yang kompleks mulai dari kegiatan masak-memasak, masalah kesukaran dan ketidaksukaran, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan, dan takhayul-takhayul yang berkaitan dengan produksi, persiapan, dan konsumsi makanan.
Kepercayaan suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan makanan, sehingga terbukti sangat sukar untuk meyakinkan orang untuk menyesuaikan makanan tradisional mereka demi kepentingan gizi yang baik.
Karena pantangan agama, takhayul, kepercayaan tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang kebetulan dalam sejarah ada bahan-bahan yang bergizi baik yang tidak boleh dimakan, mereka diklasifikasikan sebagai “bukan makanan”.
Rumit masalah yang berhubungan dengan gizi ataupun makanan berkaitan dengan kebudayaan masyarakat yang berbeda-beda, maka salah satu cara adalah dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang apa yang sering belum dipelajari oleh masyarakat tentang hubungan antara makanan dan kesehatan.
Keterkaitan antara gizi atau makanan dengan kebudayaan, Pengetahuan mengenai kepercayaan lokal tersebut dapat dipakai dalam perencanaan perbaikan gizi.
Gizi dan Tantangan Kepulauan
Kesehatan Daerah Kepulauan adalah sebuah Upaya Kesehatan secara menyeluruh meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam gugusan Pulau dan perairan dalam satu kesatuan Geografis, ekonomi dan politik.
Daerah Kepulauan adalah kumpulan pulau-pulau yang berdekatan dan memiliki keterkaitan dan ada interaksi secara sosial, budaya dan ekonomi antar masyarakat.
Kesehatan adalah adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Tujuan Kesehatan kepulauan adalah sebuah upaya yang di lakukan untuk Mempermudah akses dan pemerataan pelayanan kesehatan secara maksimal dengan mempertimbangkan semua aspek meliputi Manajemen, ketersediaan sumberdaya, sarana trans portasi dan logistik secara efektif dan efisien untuk pencapaian pembangunan kesehatan yang komprehensif (M.Polisiri).
Tantangan Kesehatan Daerah Kepulauan
Saat ini isu daerah kepulauan sangat mengemuka, sebab Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi besar untuk menjadi poros maritim dunia.
Poros maritim merupakan sebuah gagasan strategis yang diwujudkan untuk menjamin konektivitas antar pulau, perbaikan infrastruktur maritim, pengembangan industri manufaktur maritim serta ketahanan dan keamanan maritim.
Sebagai sebuah Negara Kepulauan tentunya tantangannya sangat besar diantaranya;
Pertama Tantangan Geografi, Indonesia memiliki luas wilayah 5,180,053 km², dengan luas daratan 1,922,570 km² (37.11%) dan luas perairan 3,257,483 km² (62.89%).
Selain itu, terdapat 8 provinsi yang sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan laut, yaitu: Kepulauan Riau, Bangka Belitung, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Maluku.
Kedua, Tantangan Demografi, Jumlah penduduk dan piramida usia penduduk juga menjadi tantangan bagi Indonesia.
Ketersebaran lokasi penduduk yang tinggal di 6.000-an pulau di Indonesia menjadi pekerjaan rumah tersendiri untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM)-nya. Perlu perhatian khusus agar semua masyarakat dapat mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.
Ketiga, Tantangan Ekonomi Regional dan Anggaran Pemerintah, Keempat, Tantangan Infrastruktur Maritim.
Terkait permasalahan kesehatan daerah kepulauan, maka secara umum ada beberapa permasalahan utama bidang kesehatan pada daerah kepulauan antara lain disparitas status kesehatan; beban ganda penyakit; kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan; pelindungan masyarakat di bidang obat dan makanan; serta perilaku hidup bersih dan sehat.
Beberapa masalah penting lainnya yang perlu ditangani segera adalah peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, penanganan masalah gizi buruk, penanggulangan wabah penyakit menular, pelayanan kesehatan di daerah bencana, dan pemenuhan jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan.
Antara Akses Dan Mahalnya Biaya Fasilitas Kesehatan
Ada ungkapan bahwa, bukannya masyarakat tidak mau sehat tapi mereka tidak mampu untuk sehat, sebab kesehatan sudah sangat mahal, sehingga mereka tidak mampu lagi membeli pelayanan kesehatan, belum lagi sulitnya akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan.
Penanganan Masalah Gizi
Beberapa temuan di lapangan terkait kasus gizi kurang maupun Gizi buruk di Propinsi Maluku Utara selalu saja di sebabkan soal akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, biasanya mereka di temukan setelah kondisinya memburuk,
dalam wawancara dengan petugas gizi lapangan, selalu di temukan fakta bahwa balita tersebut tidak pernah ke Posyandu, Pustu/Polindes atau Puskesmas, mereka bahkan melahirkan di kebunnya. Kasus Gizi buruk akan menjadi polemik di media tanpa melihat akar masalahnya.
Terbatasnya Sarana Dan Prasarana
Kualitas pelayanan kesehatan sangat di pengaruhi oleh ketersedianya sarana dan prasarana, keterbatasan sarana dan prasarana pada unit perifer atau unit terjauh dari sistem pelayanan kesehatan merupakan tantangan yang harus segera di atasi oleh pemerintah.
Polindes/Poskesdes saat ini menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan, baik buruk kesehatan masyarakat sangat tergantung dari kualitas pelayanan Polindes, kualitas pelayanan Polindes sangat di tentukan oleh sarana dan prasarana yang dimiliki, karena sehebat apapun petugasnya sarana dan prasarana penunjang sangat di butuhkan.
Masih Terbatasnya Tenaga Kesehatan
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, upaya yang akan dilakukan adalah pengangkatan dan penempatan tenaga kesehatan, seperti dokter dan tenaga keperawatan terutama di daerah terpencil,
peningkatan proporsi puskesmas yang memiliki tenaga dokter; peningkatan proporsi rumah sakit kabupaten/kota yang memiliki tenaga dokter spesialis dasar, dan peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
Program nusantara sehat merupakan terobosan yang cerdas untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang terbatas pada daerah terpencil dan kepulauan, namun sistem birokratisasi yang panjang yang membuat tidak efisien dan efektif program ini.
Saya menawarkan ide untuk semua kampus harus memberikan kuota kepada masing-masing anak di desa terpencil untuk menjadi petugas kesehatan seperti:
Dokter, Perawat, Bidan, Sanitarian, Nutrisionis dan epidemolog, dengan perjanjian kontrak setelah selesai dia harus bekerja selama 30 tahun di desa terpencil dan terluar asalnya dia, tanpa menerima apapun alasan untuk pindah tempat tugas.
Program ini di harapkan dapat membantu mengurai permasalahan kekurangan tenaga kesehatan di daerah kepulauan, selanjutnya dampak psikologinya adalah sebagai anak daerah tentunya dedikasi dan keseriusan mengurus daerahnya jauh lebih besar di banding orang lain.
Selain itu yang bersangkutan lebih memahami masalah mendasar desanya baik dari segi budaya maupun potensi yang bisa di kembangkan.
Referensi : Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Anderson, Foster. (2006). Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press. FKM UI. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. M.Polisiri, DKK (2019) Kesehatan Daerah Kepulauan, Merah Putih
0 Response to "Gizi Kesehatan Masyarakat (Kebudayaan, Kepulauan dan Covid19)"
Post a Comment