Pemberlakuan PSBB Kota Ternate Dan Strategi Perlandaian Curva Covid-19
Prioritas dalam menghadapi Covid19 adalah penanganan kesehatan, penanganan dampak ekonomi dan penyediaan social safety net (bansos, sembako, dll),
Penangan Kesehatan
Isu utama yang perlu menjadi perhatian adalah penanganan kesehatan masyarakat sehingga dukungan dalam penyediaan alat-alat kesehatan, treatment pasien, riset vaksin dan obat, serta pencegahan wabah di masa depan menjadi sangat penting.
Kalau melihat kasus COVID-19 saat ini baik secara Nasional maupun Lokal Maluku Utara semakin berkembang, Maluku Utara sudah mencapai 50 positif, dan sudah ada transmisi lokal yang terjadi.
Kelemahan ada di penyelidikan epidemiologis karena kita belum tahu apakah ada transmisilokal level 2. Saat ini test swab juga belum ada di Ternate, sehingga kita harus menunggu hasil swab yang dikirim keluar daerah 8-9 hari sampai dapatkan hasilnya.
Dari pertimbangan yang ada Ternate sudah memenuhi syarat PSBB. Yang harus dibangun oleh pemerintah adalah Trust, Tracking dan Treatment.
Baca Juga: Pencegahan Virus Corona Dalam Perspektif Islam
Trust: masyarakat kepada pemerintah; Tracing dan treatment (klinis dan non klinis):
Trancing: terutama disekitar wilayah kontak kasus positif dilanjukan dengan skrining masal;
Treatment yang tepat terutama pada aspek non klinis (sanksi bagi yang melanggar aturan).
Dari uraian diatas dan dengan melihat prasyarat PSBB, Ternate telah Memenuhi Syarat, Kriteria no 1 jumlah kasus sudah masuk jadi nilai 3, Penyabaran transisi lokal 1, kalau transmisi lokal atar wilayah desa kelurahan atau kab kota brarti nilai 2 maka total 6, karena 6-7 telah memenuhi syarat untuk PSBB
Untuk melandaikan Kurva epidemologi supaya tidak mencapai puncak pada tanggal 17 Juni 2020 maka khusus Kota Ternate segera di lakukan Pembatasan aktifitas Pasar, Masjid & Transpotasi.
Selain itu dilakukan peningkatan cakupan Mitigasi; social distancing/physical distancing, perbaikan lingkungan, Karantina wilayah pulau dan stay at home di atas 30%. Menghentikan penularan kasus baru dengan memberi perlindungan pada kelompok rentan, Mempercepat penyembuhan dengan terapi supportive yang tepat dan efisien.
Melaksanakan Intervensi skala menengah, serta melaksanakan screning secara massive/tracing kasus untuk memutus rantai penularan. Penguatan intervensi Public Health; promotif dan preventiv dengan pendekatan risk communication yang baik dan mencegah terjadinya konflik horisontal.
Baca Juga: Perencanaan Instrumen Manajemen Data Kesehatan
Saat ini berbagai sector mengalami kemunduran dari dampak COVID-19, Ojek berkurang, UMKM banyak yang tutup/tidak berproduksi, hotel dan restoran anjlok, PHK dimana-mana, Pemkot hanya menghitung PHK dari lembaga formal sedangkan PHK banyak terjadi juga dari lembaga non formal.
Pertumbuhan ekonomi Ternate melambat terlihat dari Q1 tahun 2020 sebesar 3.06%. Efek ekonomi cukup besar ditandai dengan daya beli masyarakat turun, logistic terbatas, transportasi antar pulau terganggu (Dipikirkan Perpindahan barang juga perpindahan orang) melalui kapal-kapal.
Pelaku usaha kecil juga masih harus memikirikan kredit dari bank yang masih dipotong. Pemkot harus melakukan stimulan untuk retribusi dan pajak khususnya untuk usaha-usaha kecil, restoran dan hotel.
Jika hal ini di biarkan maka akan terjadi pergerakan inflasi naik, harga barang meningkat dan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun.
Baca Juga: Covid-19, Sudah Di Fase Mana Kita Di Maluku Utara
Penyediaan social safety net (bansos, sembako, dll)
Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan atau sumber lain. Indikator ini masih bersifat makro, karena bisa saja pangan tersedia tapi tidak dapat diakses oleh masyarakat.
Artinya bahwa kalau tersedianya pangan yang cukup pada daerah yang terdapat lockdown wilayah, maka sangat berpengaruh terhadap ekonomi wilayah yang lain. Jadi ketersediaan pagan merupakan prasyarat penting bagi keberlanjutan konsumsi, namun jangan sampai belum mencukupi.
Ketersediaan pangan merupakan salah satu unsur terpenting dalam konsep ketahanan pangan. Ketersediaan pagan tidak identik dengan kesediaan beras, dimana ketahanan pangan tidak identik dengan swasembada beras, meskipun ketahanan pangan masih bertumpu pada beras.
Jadi ketersediaan pangan merupakan rata-rata pangan dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat wilayah dan rumah tangga, karena kemampuan mengakses pangan pokok setiap rumah tangga berbeda-beda.
Penangan Kesehatan
Isu utama yang perlu menjadi perhatian adalah penanganan kesehatan masyarakat sehingga dukungan dalam penyediaan alat-alat kesehatan, treatment pasien, riset vaksin dan obat, serta pencegahan wabah di masa depan menjadi sangat penting.
Kalau melihat kasus COVID-19 saat ini baik secara Nasional maupun Lokal Maluku Utara semakin berkembang, Maluku Utara sudah mencapai 50 positif, dan sudah ada transmisi lokal yang terjadi.
![]() |
DR. Marwan Polisiri, SKM., MPH |
Dari pertimbangan yang ada Ternate sudah memenuhi syarat PSBB. Yang harus dibangun oleh pemerintah adalah Trust, Tracking dan Treatment.
Baca Juga: Pencegahan Virus Corona Dalam Perspektif Islam
Trust: masyarakat kepada pemerintah; Tracing dan treatment (klinis dan non klinis):
Trancing: terutama disekitar wilayah kontak kasus positif dilanjukan dengan skrining masal;
Treatment yang tepat terutama pada aspek non klinis (sanksi bagi yang melanggar aturan).
Untuk melandaikan Kurva epidemologi supaya tidak mencapai puncak pada tanggal 17 Juni 2020 maka khusus Kota Ternate segera di lakukan Pembatasan aktifitas Pasar, Masjid & Transpotasi.
Melaksanakan Intervensi skala menengah, serta melaksanakan screning secara massive/tracing kasus untuk memutus rantai penularan. Penguatan intervensi Public Health; promotif dan preventiv dengan pendekatan risk communication yang baik dan mencegah terjadinya konflik horisontal.
Penanganan dampak ekonomi
Menurut Dr. Modhar Adam, ada ancaman terhadap Ancaman Rumah Tangga dan UKM. Ancama rumah tangga adalah Ancaman gangguan kesehatan karena terinfeksi Covid-19 bahkan ancaman jiwa; puluhan ribu jiwa berpotensi tertular,
Ancaman kehilangan pendapatan, tidak dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup minimalnya, terutama rumah tangga miskin dan rentan serta sektor informal, Penurunan daya beli masyarakat dan konsumsi.
Ancaman UMKM, UMKM tidak dapat melakukan kegiatan usahanya sehingga terganggu kemampuan memenuhi kewajiban kredit. NPL Kredit Perbankan untuk UMKM dapat meningkat secara signifikan, yang berpotensi semakin memperburuk kondisi perekonomian.
Saat ini berbagai sector mengalami kemunduran dari dampak COVID-19, Ojek berkurang, UMKM banyak yang tutup/tidak berproduksi, hotel dan restoran anjlok, PHK dimana-mana, Pemkot hanya menghitung PHK dari lembaga formal sedangkan PHK banyak terjadi juga dari lembaga non formal.
Pertumbuhan ekonomi Ternate melambat terlihat dari Q1 tahun 2020 sebesar 3.06%. Efek ekonomi cukup besar ditandai dengan daya beli masyarakat turun, logistic terbatas, transportasi antar pulau terganggu (Dipikirkan Perpindahan barang juga perpindahan orang) melalui kapal-kapal.
Pelaku usaha kecil juga masih harus memikirikan kredit dari bank yang masih dipotong. Pemkot harus melakukan stimulan untuk retribusi dan pajak khususnya untuk usaha-usaha kecil, restoran dan hotel.
Jika hal ini di biarkan maka akan terjadi pergerakan inflasi naik, harga barang meningkat dan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun.
Saran yang dapat digunakan adalah: Perbaiki persepsi pasar, belanja online karena harus ada subtitusi, ongkir jangan terlalu mahal, kuatkan 5 pasar yang ada di Ternate, Dufa-dufa, Higienis, Kotabaru, Bastiong dan Sasa. Dinas Pasar dapat menjadi pelaku distribusi untuk mempertemukan kebutuhan Pembeli dan Penjual.
Membuat pasar offline, dengan menjadikan masjid sebagai tempat untuk distribusi supply, mengingat masjid memiliki halaman yang luas.
Pertanyaannya apakah pemerintah siap dengan dana fiskalnya ? Pemerintah harus dapat memberikan bantalan ekonomi untuk keluarga miskin. Memanfaatkan momentum Ramadhan untuk menggunakan zakat dan infaq untuk membantu menyalurkan bantuan untuk keluarga miskin.
Pemerintah perlu public speaking yang baik dan teladan dalam menjalan program penanganan COVID-19 untuk membangun trust di masyarakat. Selain itu memastikan ketersediaan kebutuhan pangan warga. Bersedia untuk membantu menghitung kebutuhan fiscal yang harus dikeluarkan untuk penyiapan PSBB.
Penyediaan social safety net (bansos, sembako, dll)
Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan atau sumber lain. Indikator ini masih bersifat makro, karena bisa saja pangan tersedia tapi tidak dapat diakses oleh masyarakat.
Artinya bahwa kalau tersedianya pangan yang cukup pada daerah yang terdapat lockdown wilayah, maka sangat berpengaruh terhadap ekonomi wilayah yang lain. Jadi ketersediaan pagan merupakan prasyarat penting bagi keberlanjutan konsumsi, namun jangan sampai belum mencukupi.
Ketersediaan pangan merupakan salah satu unsur terpenting dalam konsep ketahanan pangan. Ketersediaan pagan tidak identik dengan kesediaan beras, dimana ketahanan pangan tidak identik dengan swasembada beras, meskipun ketahanan pangan masih bertumpu pada beras.
Jadi ketersediaan pangan merupakan rata-rata pangan dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat wilayah dan rumah tangga, karena kemampuan mengakses pangan pokok setiap rumah tangga berbeda-beda.
Skema Bantuan Saat ini
Skema jaringan pengaman sosial social yang digulirkan saat ini di Kota Ternate ialah dengan memberikan sembako sebangak 15.000 untuk masyarkat terdampak. Dengan total penerima di kecamatan pulau Ternate 708 KK atau 2.623 jiwa, Kecamatan Ternate Barat sebanyak 796 KK atau 2.900 jiwa,
kemudian Temate Utara 3.392 KK atau 12.680 jiwa, Ternate Selatan 4.274 KK atau 17.046 jiwa, Ternate Tengah 3.548 KK atau 13.436 jiwa, Pulau Hin' 187 KK atau 711 jiwa, Pulau Moti 444 KK atau 1.906 jiwa dan Kecamatan Pulau Batang Dua 127 KK atau 431 jiwa, dengan jumlah total 13.476 KK atau 51.733 jiwa.
0 Response to "Pemberlakuan PSBB Kota Ternate Dan Strategi Perlandaian Curva Covid-19"
Post a Comment